Mohon tunggu...
I MADEPUTRA
I MADEPUTRA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Ilmu komunikasi Binus Malang

Seorang manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hustle Culture, Apa Penyebabnya? Bagaimana Nasib ke Depannya?

7 Juli 2022   13:18 Diperbarui: 7 Juli 2022   13:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hustle culture saat ini marak melanda kalangan masyarakat. Bagaimana nasib nantinya? (sumber foto : pexels.com)

Perkembangan zaman semakin maju. Teknologi berkembang lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan persaingan semakin sulit. Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Ditengah persaingan ini, tidak jarang ada orang yang melakukan hal ekstrem, seperti bekerja dengan jam gila-gilaan. Mereka mengabaikan kebutuhan pokok atau hanya memenuhi secara minimal untuk bisa bekerja lebih. Fenomena ini dinamakan hustle culture.

Dilansir dari oxford dictionary, hustle berarti untuk mendorong seseorang bergerak lebih cepat. Bila diartikan, hustle culture adalah dorongan seseorang untuk bekerja lebih cepat dan lebih lama untuk lebih cepat mencapai hasil yang diinginkan. Mereka yang mengikuti atau masuk ke budaya ini, menganggap jika bekerja semakin keras, cepat dan lama akan mendapatkan hasil yang lebih cepat pula.

Dilihat sekilas, fenomena ini tampak tidak begitu buruk. Ini mendorong masyarakat untuk semakin tekun dalam bekerja dan mencapai hasil yang diinginkan. Namun, fenomena satu ini, mengorbankan satu aspek untuk hasil lain. Biasanya yang dikorbankan adalah kesehatan mental dan pemenuhan kebutuhan pokok seperti tidur dan makan sehat. Mereka menukarnya untuk jam kerja yang lebih lama.

Pada kalangan masyarakat saat ini. Fenomena hustle culture terjadi di setiap lapisan. Dimulai dari siswa hingga pekerja yang cukup tua menganut budaya itu. Lebih buruknya lagi, kebanyakan tidak menyadarinya. Dari survei yang dilakukan oleh thefineryreport.com, 83.8% responden menjawab jika bekerja lembur itu normal. Bila itu adalah persepsi masyarakat saat ini mengenai waktu kerja yang normal. Bagaimana nasib hustle culture nantinya di masa depan?.

Untuk mengetahuinya, kita perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi hustle culture terjadi. Dari aspek itu hal-hal yang akan dibahas untuk mengetahui nasib fenomena ini adalah sebagai berikut, 

1. Sosial media

Hustle culture yang terjadi sekarang ini, dipengaruhi berat oleh adanya sosial media. Dari tuitan yang dilakukan oleh Elon Musk mengenai jam kerja. Hingga motivasi-motivasi akun di sosial media mengenai kesuksesan. Banyak dari akun-akun tersebut yang mempromosikan bekerja lebih keras dan lama. Hal ini berdampak langsung pada orang yang melihatnya. Persepsi mereka diubah. Saat ini anggapannya, bekerja semakin lama maka sukses semakin cepat.  

Dilansir dari dataindonesia.id, jumlah pengguna sosial media di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 191 juta orang. Angka ini terlihat terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini berarti, kemungkinan besar tahun depan penggunanya akan semakin bertambah. Artinya, hustle culture yang terjadi karena dibentuk oleh sosial media akan semakin bertambah.

2. Perkembangan teknologi

Pada zaman dahulu, orang-orang hanya bisa menggunakan telepon untuk berbicara satu sama lain dari jauh, dan itu adalah teknologi yang hebat. Itu membuat kehidupan lebih efisien dan mudah. Sebelumnya harus bertemu jika ingin membicarakan rencana lanjut atau jika ada perubahan harus mengirim surat, telepon mempersingkat waktu yang dibutuhkan.

Saat ini, perkembangan telepon sudah sangat jauh. Tidak hanya digunakan untuk berbicara. Bekerja pun, bisa dilakukan lewat handphone. Dimana saja dan kapan saja. Ini membuat batas antara kehidupan pribadi/rumah dengan pekerjaan buram. Karena saat dirumah pun, bisa bekerja. Belum lagi, ditambah pandemi yang mengharuskan banyak orang bekerja dari rumah. Hal ini membuat banyak inovasi yang sebelumnya tidak terpikirkan tentang bekerja dimana saja.

Perkembangan-perkembangan teknologi itu membuat orang-orang semakin mudah untuk bekerja dirumah. Di masa depan, perkembangan reknologi akan terus berlanjut. Semua orang menjadi bisa melakukan apapun, dimanapun, kapanpun. Ini berarti sudah tidak ada lagi batas yang memisahkan semua kegiatan. Work life dan private life sudah tidak bisa dibedakan.

3. Tekanan atau pressure

Salah satu motivasi seseorang bisa mengikuti hustle culture adalah tekanan dari lingkungan yang ia miliki. Dimulai dari ekspektasi orang tua hingga kesuksesan teman yang ia lihat. Namun, hal terbesar adalah tekanan karena ia berasal dari generasi sandwich.

Generasi sandwich adalah suatu keadaan dimana seseorang perlu membiayai kedua pihak yaitu, orang tua dan anaknya. Saat itu terjadi, ia mendapat tekanan dari dua belah pihak. Hingga akhirnya terjun ke hustle culture, atau munglin saja ia seorang anak yang diharuskan orang tuanya untuk cepat memiliki penghasilan. Dikarenakan mereka perlu membiayai adiknya dan kakek neneknya. Tekanan itu juga bisa membuatnya terjun ke hustle culture.

4. Sistem pendidikan

Sistem pendidikan saat ini sangat kompetitif. Semua siswa saling “bertarung” untuk masuk sekolah favorit atau mendapatkan nilai bagus. Sistem ini tidak sepenuhnya buruk karena mengajarkan murid untuk menang dan mendapat apa yang mereka inginkan. Tetapi, disitu terdapat masalah.

Saat setiap siswa yang masuk ke sekolah hanya mementing hasil yaitu nilai. Mereka mengabaikan pelajaran yang berlangsung. Dipentingkan hanyalah kemenangan atas nilai diatas kertas itu saja. Ini membuat setiap siswa belajar sampai tengah malam yang bisa dimasukan ke hustle culture. Saat ini sudah dimulai sejak dini, akan berkelanjutan ke masa depan mereka. Para murid ini sudah terbiasa, belajar hingga melebihi waktu wajar. Alhasil saat bekerja, melebihi batas waktu dianggap biasa saja.

5. Persaingan

Pada masa ini, persaingan adalah hal lazim yang dilakukan. Semua orang bersaing untuk mencapai hal-hal yang diinginkan. Hal ini juga sudah ada sejak jaman dulu. Namun, sekarang persaingan semakin sengit. Dimulai dari perkembangan teknologi hingga peluang yang semakin sempit. Semua lapisan masyarakat saling bersaing.

Persaingan yang akan terjadi juga tidak akan berkurang di masa mendatang. Malahan, akan bertambah lebih besar. Karena yang sebelumnya tidak mendapat peluang juga akan ikut dan yang baru terjun ke dunia itu juga ikut. Dilansir dari un.org, penduduk dunia akan mencapai 8.5 miliar jiwa pada tahun 2030. Semakin banyak orang semakin banyak persaingan. Berarti, hustle culture semakin bertambah.

Faktor-faktor diatas adalah alasan pendukung hustle culture yang saat ini terjadi. Disaat kita mempertimbangkan bahwa faktor tersebut akan terus membesar di generasi kemudian. Bisa kita simpulkan, bahwa hustle culture tidak akan hilang dalam waktu dekat. Malahan, bisa jadi tambah meraja lela.

Sekian dari artikel ini, Terima Kasih telah membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun