Mohon tunggu...
Nur FuadatunImami
Nur FuadatunImami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Bimbingan konseling 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intervensi pada Anak Autis dengan Metode Applied Behavior Analysis

23 Desember 2022   07:55 Diperbarui: 23 Desember 2022   08:00 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

 

Anak berkebutuhan khusus biasa disingkat ABK yaitu anak yang membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus karena mereka yang istimewa dengan keterbatasannya perlu diberikan perhatian dan bantuan dengan mengupayakan berbagai cara agar bisa menjadi mandiri. individu yang dikatakan ABK yaitu mengalami gangguan emosional, mental,intelektual, fisik, dan sosial, gangguan yang terjadi pada anak biasanya sudah terprediksi ketika anak masih didalam kandungan menjadi balita kemudian berkembang dengan menunjukkan keterbatasan. (Hidayati, 2017) dalam (Harnowo, 2013; Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2013). Indrawati, 2022 dalam kuliah tamu "urgensi peran konselor untuk ABK" menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus terdapat banyak jenis  seperti tunagrahita, slow learner tergolong gangguan intelektual,  tuna netra, tuna rungu, dan wicara tergolong gangguan sensorik, lumpuh layung, stroke, tergolong gangguan mental,  autisme, bipolar tergolong gangguan fisik.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas Bab 1 pasal 1 ayat 1 berbunyi "penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensori dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak". Dalam pasal  1 ayat 7 menjelaskan bahwa penyandang disabilitas atau biasa disebut ABK harus diberdayakan hal ini merupakan upaya menjaga keberadaan mereka yang istimewa dalam wujud penumbuhan iklim dan mengembangkan potensi sehingga dapat berkembang dan bertumbuh menjadi individu atau kelompok anak berkebutuhan khusus yang tangguh dan mandiri.

Dalam mengembangkan potensi ABK tentu memerlukan terapi atau intervensi. dengan adanya golongan gangguan yang berbeda maka intervensi yang diberikan juga berbeda, berbeda disini maksudnya pemberian intervensi pada anak autis berbeda dengan anak tuna netra, begitupun intervensi yang diberikan kepada anak slow learner tentu berbeda dengan anak CIBI. Disini penulis ingin membahas intervensi yang bisa diberikan kepada anak berkebutuhan khusus gangguan fisik yaitu anak autis. Intervensi yang tepat untuk diberikan kepada anak autis yaitu menggunakan teknik applied behavior analysis.

PEMBAHASAN 

Pengertian Anak Autis

Kanner pada tahun 1943 tokoh pertama kali yang menemukan gangguan autis. Kanner mendetailkan bahwa autis merupakan gangguan ketidakbisaan untuk melakukan interaksi kepada orang lain, gangguan sangat jelas terlihat dari gaya berbahasa autis yang terbolak - balik, mutest, penguasaan yang tertunda, acholalia, memiliki daya ingat yang tinggi, adanya   aktivitas bermain yang stereotip dan repetitif  dan obsesif dalam mempertahankan keteraturan di dalam lingkungan (Bektiningsih, 2009) (Dawson & Catelloe, 1985:18).

Menurut (Mahmud, 2010) gangguan dengan perkembangan yang kompleks, berhubungan dengan interaksi sosial, komunikasi dan aktivitas imajinasi yaitu disebut autis. Gejala autis akan mulai terlihat pada usia 2 tahun, dan ada gejala yang terlihat dari sejak bayi disebut gejala infantile. Autis pada kehidupannya memiliki konsekuensi yaitu susahnya perkembangan otak secara kompleks sehingga mempengaruhi banyak fungsi --fungsi : perasaan (feeling), intending, persepsi (perceiving), imajinasi (imagining). Autis juga dapat dinyatakan sebagai suatu kegagalan dalam penalaran sistematis (systematic reasoning).

 

Penyebab anak autis terdiri dari beberapa faktor :

  1. Genetik
  2. sistem saraf yang terganggu
  3. kimiawi di dalam tubuh yang tidak seimbang
  4. Kemungkinan lain seperti : infeksi virus rubella, faktor psikologis karena terlalu sibuknya orang tua yang tidak sering mengajak ngobrol anak.

Menurut (Hidayati, 2017) dalam Lorna Wing ( 1974) mendeskripsikan bahwa anak autis memiliki masalah atau hambatan dibagi menjadi  2 kelompok besar yaitu : 

  1. Hambatan untuk memahami atau mengerti lingkungan ( problem in understanding the world)

Respon terhadap suara yang tidak biasa ( unusual sound) hal ini akan membuat mereka risih dan menutup telinganya.

Tidak mudah paham dengan apa yang dibicarakan orang lain.

Kekeliruan dalam memahami gerak isyarat (gerakan tubuh, ekspresi wajah)

Masalah dalam memahami benda yang dilihat yaitu tidak terlalu suka dengan cahaya yang silau seperti pemotretan

Gerakan tubuh yang tidak biasa seperti meloncat - loncat, bertepuk tangan.

  1. Masalah gangguan perilaku dan emosi ( difficult behaviour and emotional problems)

Sikap menarik diri dari lingkungan menganggap orang lain tidak ada atau tidak merespon ketika dipanggil.

Tidak mau adanya perubahan karena anak autis memiliki aktivitas  sendiri seperti memukul - mukul meja, pintu dsb,

Berperilaku memalukan di sosial (melakukan tindakan yang kurang bisa diterima di sosial.

Tidak bisa gabung bermain dengan teman seusianya.

Memiliki ketakutan khusus.

Teknik Applied Behavior Analysis 

Menurut Yayasan Autisma Indonesia (1998) terapi ABA yaitu terapi yang bisa mengajari anak melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain hingga mereka dapat mencapai kemandirian. Hal ini dikarenakan terapi ABA merupakan terapi yang berpusat pada perilaku yang mempunyai tujuan untuk mengurangi bahkan mengganti perilaku maladaptif tidak bisa diterima secara sosial dengan perilaku baru adaptif yang dapat diterima di sosial. (Kurnianingsih, 2016)

Menurut (Lailatul Maghfiroh, 2017) dalam suatu pendidikan agar mencapai pembelajaran yang kondusif dan baik tentu memerlukan metode atau teknik ketika mengajar. Teknik applied behavior analysis merupakan metode yang bisa dipilih untuk membentuk perilaku baru siswa yang baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran khususnya pada pembelajaran anak autis di sekolah Anak berkebutuhan khusus yang bisa diberikan oleh guru BK maupun terapis.  Teknik ABA diberikan kepada anak autis di sekolah supaya mampu aktif berkomunikasi dua arah,mampu mengurangi hingga menggantikan perilaku maladaptif,  mampu bersosialisasi di lingkungan sosial, mampu mengajarkan perilaku yang akademik, dan mampu mencapai kemandirian  dan memiliki keterampilan lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa teknik Applied behavior analysis merupakan intervensi yang dapat diterapkan kepada anak autis baik di sekolah, klinik maupun pusat terapi ABK. dan sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa teknik aba sangat cocok dan efektif untuk diberikan kepada anak autis, salah satunya seperti penelitian yang dilakukan oleh (Siti et al., 2020) kepada anak autis di SLB Autisma Bunda Bening Selakshahati di Jawa Barat yang awalnya memiliki kemampuan interaksi sosial rendah setelah dilakukan intervensi menggunakan teknik ABA anak autis sudah mampu melakukan kontak mata yang bagus, bisa mengeluarkan bahasa verbal, bisa mengatakan apa yang dia inginkan, bisa mengatakan hal yang tidak diinginkannya, bisa membedakan ciri-ciri seseorang dan sudah bisa berkomunikasi dua arah.

Zulkarnain, 2022 dalam praktisi mengajar mata kuliah Konseling anak berkebutuhan khusus menjelaskan bahwa ABA merupakan suatu metode untuk membangun kemampuan terstruktur, terarah dan terukur. Asumsi dasar ABA yaitu Antecedent, behavior dan consequence yang merupakan teori ivan pavlov yaitu Operant Conditioning. Adapun yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode ABA yaitu prinsip tata laksana ABA antara lain :

  1. Memecahkan setiap keterampilan menjadi bagian/langkah-langkah kecil
  2. Diajarkan secara: sistematik (apa yang diajarkan, tahapannya), terstruktur (bagaimana/cara mengajarkannya) dan terukur (dapat dinilai/sudah atau belum bisa).
  3. Metode Pengajaran: sistem one-on-one (satu guru, satu murid, satu ruangan)
  4. Instruksi spesifik: singkat, jelas, konsisten (awalnya perlu prompt + reinforcer)
  5. Berulang-ulang sampai respons tanpa prompt (bantuan)
  6. Respons sederhana dikombinasikan dan divariasikan (membangun respons kompleks) digeneralisasikan

Zulkarnain, 2022 menjelaskan teknik pelaksanaan ABA yaitu :

  1. Instruksi

Singkat, hanya satu kata

Jelas, diucapkan dengan suara netral

Konsisten, tidak mengulangi kata dengan ucapa yang berberda (masukin, masukkan, dimasukkan)

2. Tahapan siklus

Siklus penuh

Instruksi ke-1 > tunggu 5 detik > bila respon anak tidak ada, lanjutkan dengan

Instruksi ke-2> tunggu 5 detik > bila respon anak masih belum ada, lanjutkan dengan

Instruksi ke-3 langsung prompt dan segera berikan imbalan

Siklus tidak penuh

Instruksi ke-2> tunggu 5 detik > bila respon anak tidak ada, lanjutkan dengan

Instruksi ke-3> anak bisa melakukan tanpa prompt > segera berikan imbalan

Siklus pendek

Instruksi ke-3> anak bisa melakukan tanpa prompt> segera berikan imbalan

3. Discret Trial Training (DTT), Setiap materi dimulai dari instruksi, promt (opsional) dan diakhiri dengan imbalan.

KESIMPULAN 

Anak autis memiliki gangguan dengan perkembangan yang kompleks, berhubungan dengan interaksi sosial, komunikasi dan aktivitas imajinasi. Penyebab anak autis terdiri dari beberapa faktor yaitu genetik, sistem saraf yang terganggu, kimiawi di dalam tubuh yang tidak seimbang dan kemungkinan lain seperti : infeksi virus rubella, faktor psikologis karena terlalu sibuknya orang tua yang tidak sering mengajak ngobrol anak. Anak autis juga memiliki masalah atau hambatan yang dibagi menjadi  2 kelompok besar yaitu hambatan untuk memahami atau mengerti lingkungan dan masalah gangguan perilaku dan emosi. Oleh karea itu intervensi yang cocok diberikan kepada anak autis adalah dengan metodo ABA karena netode ABA merupakan terapi yang berpusat pada perilaku yang mempunyai tujuan untuk mengurangi bahkan mengganti perilaku maladaptif yang tidak bisa diterima masyarakat. Asumsi dasar ABA yaitu Antecedent, behavior dan consequence yang merupakan teori ivan pavlov yaitu Operant Conditioning Teknik pelaksanaan ABA 1. Instruksi, 2. Tahapan siklus, 3. Penyandingan / promt.

DAFTAR PUSTAKA

Bektiningsih, K. (2009). Program Terapi Anak Autis. 39(November), 95--110.

Hidayati, A. (2017). Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus untuk peningkatan kemampuan berinteraksi sosial di madrasah ibtidaiyah amanah tanggung turen malang. Skripsi UIN MALIK IBRAHIM Malang, 69.

Iin Indrawati, S. Psi. (2022). Urgensi Peran Konselor Untuk ABK

Kurnianingsih, E. A. (2016). Pengaruh Metode Cognitive Behaviour Treatment Applied Behaviour Analysis (CBT ABA) Terhadap Kepatuhan Anak Berkebutuhan Khusus Di Klinik Yamet Yogyakarta. Jurnal Keterapian Fisik, 1(2), 121--127. https://doi.org/10.37341/jkf.v1i2.96

Lailatul Maghfiroh, A. M. (2017). Penggunaan Metode Aba (Applied Behavior Analysis) Untuk Meningkatkan Pemahaman Anak Autis Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Slb Negeri Pandaan. Jurnal Al-Murabbi, 2(2), 203--228. https://doi.org/10.35891/amb.v2i2.602

Mahmud, M. (2010). Anak Autis. Penelitian, 1.

Siti, A., Marlina, E., & Effendy, D. I. (2020). Pengembangan Interaksi Sosial Anak Autis melalui Terapi Applied Behavior Analysis. Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, Dan Psikoterapi Islam, 8(3), 271--288. https://doi.org/10.15575/irsyad.v8i3.1977

Zulkarnain, M.Psi., Psikolog. (2022). Kolaborasi Praktisi Mengajar Bimbingan Konseling ABK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun