Mohon tunggu...
Im Dalisah
Im Dalisah Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Hanya suka menulis. Itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Dari Keringat Hingga Doa; Dedikasi Seorang Ayah Untuk Keluarga

18 Oktober 2024   00:04 Diperbarui: 18 Oktober 2024   00:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Pribadi 

Di usianya yang tak lagi muda, hari-hari lelaki itu kini lebih banyak dihabiskan dengan cucu-cucunya. Sambil tersenyum hangat, ia menemani mereka bermain, tertawa, dan berbagi kisah. Namun, di balik tawa itu, ada satu impian besar yang masih ia genggam erat---sebuah mimpi yang ia gantung tepat di depan matanya selama puluhan tahun: berangkat ke tanah suci Mekkah.

Bukan perkara mudah mewujudkan impian itu. Dengan gaji yang tak seberapa sebagai seorang pensiunan guru, ia harus menyisihkan sedikit demi sedikit pendapatannya untuk satu tujuan mulia: menuntaskan panggilan suci untuk berhaji. Setiap lembar rupiah yang ia simpan adalah langkah kecil menuju tanah yang dijanjikan, sebuah perjalanan spiritual yang selalu ia dambakan.

Mimpinya ini bukanlah keinginan yang baru terbersit. Sejak puluhan tahun silam, ia sudah menaruh impian itu tepat 5 cm di depan dahinya, menggantung seperti bintang yang selalu ia kejar. Meski perlahan, dengan penuh kesabaran, ia terus berusaha mewujudkannya. Setiap doa yang ia panjatkan, setiap kali ia menyisihkan penghasilannya, semua itu adalah bagian dari perjalanan panjang menuju harapan tersebut.

Kini, sembari menunggu panggilan itu tiba, lelaki ini tetap menjaga semangatnya. Waktunya yang dihabiskan bersama keluarga, terutama cucu-cucunya, menjadi kebahagiaan tersendiri. Ia tahu, takdir akan menghantarnya ke tanah suci pada saat yang tepat, ketika seluruh doa dan usahanya terjawab oleh Sang Maha Kuasa.
-----------------------
Tulisan ini penulis dedikasikan untuk Papa, seorang laki-laki yang tak pandai bicara tentang cinta, tak mahir mengurai air mata, namun di tiap tengadahnya tak pernah lupa menyebut nama anak-anaknya dalam doa.

Serta, terkhusus untuk Mama, seorang wanita luar biasa, seorang perempuan yang setiap doanya mampu mencakar langit, dan masih begitu peduli agar tak seekor nyamuk pun tak mengganggu kenyamanan tidurku, walaupun tubuh ringkih mu sudah tak mampu melakukan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun