Keadaan ini akan diulang terus-menerus oleh mereka.
Lebih lanjut tentang ide stoik yang mengajak kita untuk "menerima hal yang berada di luar kendali kita" memang terlihat dramatis dan moralis sekali sebab kecenderungan manusia memang fatalis-nihilis.Â
Namun lagi-lagi rusak implementasinya jika hanya dilihat dalam kerangka pribadi yang berubah menjadi "ignorant bastard" terhadap problematika sekelilingnya.
Kita mudah sekali mendapati jawaban "itu bukan atas kendaliku, biarkan duwuran saja yang menyelesaikan" ketika kaum muda ditanya perihal konservasi alam atau pendidikan yang tak mencerdaskan, misal.
Contohnya terlalu jauh lagi, kah? bagaimana dengan keterlibatan mereka misal dalam gotong royong RT, tahlilan saudara, dlsb. dlsb. Yang sialnya lagi saya juga menjadi bagian dari generasi gamang ini.
Memang secara historis ide tentang stoik ini muncul dari kalangan priyayi-feodal kala itu yang hidup sudah kadung enak dan banyak dipraktikkan oleh raja-raja.Â
artinya, secara filosofis ide stoik ini memang problematis sebab muncul dari arogansi individualitas kebangsawanan terhadap problematika dunia. Oleh karenanya dalam fenomena hari ini model pemikiran stoik lebih kompatibel dengan kelas menengah-urban.
Sebagai penutup dari fafifu wasweswos ini saya mengutip motivasi sebagai jawab atas keruwetan hari ini "Tidak akan berubah nasib suatu kaum (muda) kecuali kapitalisme memberinya modal untuk membuat startup" sudah itu saja!Â
Dan mustahil! Hahahahaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H