Alih-alih masyarakat sanggup membiayai hidup mereka secara layak untuk kesehatan ataupun pendidikan sampai strata tinggi dan mungkin juga tabungan hari tua, di sini uang mereka sudah habis untuk kebutuhan pangan saja. Sedikit beruntung jika lahan garapan mereka luas. Padahal menurut Chayanov salah satu kunci keselamatan-kesejahteraan petani kecil adalah pola subsistensi mereka.
Mindset Jawa sentris yang berhulu dari nalar kapitalis yang menjangkiti para teknokrat pusat ini menjadikan basis budaya masyarakat menjadi ekslusif baik yang termarginalkan maupun elitis yang tak tersentuh. Jagung juga sagu disatu sisi tak terserap maksimal untuk diri sendiri (marginal), di sisi lain justru dijadikan komersil untuk kebutuhan pariwisata yang ekslusif dan elitis itu. Padahal jika produksi utama digunakan untuk kebutuhan rumah tangga mereka (subsisten) bisa meningkatkan pendapatan mereka atau paling tidak mengurangi rasio pengeluaran rumah tangga untuk sektor pangan.
Terbukti selama empat hari kunjungan hanya sekali saja saya mencicipi Binte Biluhuta, makanan khas Gorontalo berbahan dasar ikan dan jagung, itupun di penginapan. Dan ketika saya di lokasi acara ya tetap makan nasi.
Mungkin sekian dulu, ya?
Semoga menjadi refleksi kritis bersama menyoal konstruksi yang justru melahirkan alienasi dan marginalisasi akibat suatu pembangunan yang katanya bermaksud baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H