Mohon tunggu...
Ilyas Fadli
Ilyas Fadli Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hobi Renang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Lokal di Teras Malioboro: Menantang Arus Tren demi Warisan Budaya

1 Desember 2023   23:10 Diperbarui: 1 Desember 2023   23:12 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Malioboro/dokpri

Pedagang batik yang telah lama mengabdikan diri untuk melestarikan seni tradisional ini kini merasakan getirnya nasib. Pasar Teras Malioboro, yang terkenal dengan keberagaman budaya dan kesenian, menjadi saksi bisu bagi perjalanan hidup yang mengukir kisah inspiratif. Dalam keriuhan pasar yang ramai itu, tersembunyi kehidupan yang penuh akan perjuangan, keberanian, dan kecintaan terhadap seni tradisional Indonesia.

Indah Purwanti (45), pedagang batik berpengalaman yang telah meniti usaha selama lebih dari dua dekade, berbagi kisahnya tentang bagaimana kecintaannya pada batik membentuk perjalanan hidupnya. "Batik bukan sekadar kain berwarna-warni bagi saya. Ini adalah sejatinya bagian dari identitas dan kekayaan budaya kita," ujarnya dengan senyum lembut.

Sejak kecil, Indah sudah akrab dengan dunia batik. Ayahnya, seorang pengrajin batik terampil, menjadi mentornya dan menanamkan cinta pada seni tradisional tersebut. Namun, perjalanan Indah tidak selalu mulus. Ia harus menghadapi tantangan ekonomi yang berat, terutama ketika tren pakaian ala Barat dan gaya Korea merambah pasar industri lokal.

"Banyak masyarakat terutama dikalangan anak muda berpikir bahwa batik itu ketinggalan zaman. Tapi saya yakin bahwa keindahan dan makna dalam setiap motif batik akan selalu relevan," tambah Indah. Dengan tekad dan semangat pantang menyerah, Indah terus mengembangkan usahanya di Pasar Teras Malioboro.

Sebagai agent of change, diharapkan anak muda mampu berpartisipasi dengan mendukung produk lokal seperti batik. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan budaya kita, yang seringkali terancam hilang akibat pengaruh tren pakaian dari luar.

Berbeda dengan anak muda kebanyakan, Darda (20) memiliki hobi yang dianggap menarik. Ia beranggapan bahwa Batik bukan cuma baju orang tua, dia terbiasa ngeblend batik dengan gaya kekinian.

"Sebenarnya, batik tuh keren, tapi kadang-kadang banyak anak muda yang ngerasa ketinggalan zaman kalo pake. Gue suka pakai batik, bukan cuma buat ngerawat tradisi, tapi juga sebagai statement bahwa budaya kita tetap bisa keren dan kekinian. Jadi, kenapa nggak mix and match batik dengan sneakers atau denim? It's all about how you own it!," ujar Darda Hazza (20) salah satu pembeli batik Indah Purwanti.

Dengan adanya Pasar Teras Malioboro, yang merupakan salah satu pusat perdagangan batik tradisional, memberikan platform agar lebih mudah dijangkau oleh anak muda dan terus mengembangkan budaya tradisional. Ini bertujuan untuk mencegah budaya tersebut terkikis oleh pengaruh budaya lain. Selain itu, pasar ini memberikan peluang bagi pedagang seperti Indah untuk menjual karyanya. Melalui keberanian dan ketekunan, terlihat bahwa batik tidak hanya menjadi produk dagangan, tetapi juga simbol keberlanjutan warisan budaya. Setiap kain batik yang dijual memiliki nilai lebih dari sekedar barang dagangan, melainkan sebuah kisah hidup yang diulas dengan benang-benang warna-warni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun