Mohon tunggu...
ILYASA RAMADHAN
ILYASA RAMADHAN Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Saya adalah mahasiswa Tadris IPS Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cinta yang Tak Terucap: Sebuah Kisah tentang Menahan Perasaan dan Mengiklaskan

8 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kalanya hati kita ingin berteriak, tetapi bibir tak bisa mengucapkan kata-kata yang paling tulus. Seperti seorang laki-laki ini, yang memendam rasa begitu dalam, karena dia tahu bahwa cintanya tak akan pernah terbalas. Dia memilih diam, menyimpan perasaan di dalam hati, meskipun setiap detik terasa begitu berat.

Sejak pertama kali mereka bertemu, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Tatapan itu, senyuman itu, membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Setiap kali mereka berbicara, dia merasa seakan dunia milik berdua, namun di balik itu semua, dia tahu ada jarak yang tak bisa dia lewati. Laki-laki itu tahu perempuan itu tak akan pernah melihatnya lebih dari sekadar teman, meskipun hatinya ingin sekali berkata lain.

Namun, laki-laki itu bukan tipe yang mudah mengungkapkan perasaan. Dia tahu bahwa terkadang mencintai itu bukan tentang mengungkapkan segala rasa, tetapi tentang menjaga agar orang yang kita cintai tetap bahagia. Maka, dia memilih untuk menyimpan semua perasaan itu dalam diam, walaupun kadang, perasaan itu terasa seperti beban yang ingin meledak.

Setiap kali dia melihat perempuan itu bahagia dengan orang lain, hatinya hancur sedikit demi sedikit, tapi dia tetap menahan diri. Dia tak ingin mengganggu kebahagiaannya, bahkan jika kebahagiaan itu bukan bersamanya. Hatinya berkata, "Aku ingin kamu bahagia, meski itu tanpa aku." Dia rela tetap berada di belakang, memberikan doa tanpa berharap jawaban.

Suatu malam, setelah sekian lama, saat laki-laki itu menatap langit dan berpikir tentang semua yang tidak pernah dia ucapkan, dia hanya bisa tersenyum pahit. "Mungkin ini takdir," pikirnya. Cinta ini tidak akan pernah terucap, tetapi ia tetap ada, mengisi ruang kosong di hatinya. Dia tidak pernah menuntut apapun, karena dia tahu, jika cinta itu benar-benar untuknya, Tuhan akan memudahkan segalanya.

Waktu berlalu, dan Laki-laki itu tetap di sana, di tempat yang sama, dengan perasaan yang tak pernah berubah. Dia menyadari bahwa cinta tak selalu tentang memiliki, tetapi tentang memberi dengan tulus. Cinta yang terpendam ini, meskipun terasa sakit, mengajarkan dia untuk menjadi lebih kuat, untuk lebih sabar, dan yang terpenting, untuk selalu ikhlas.

"Cinta yang tak terucap itu bukan berarti tak ada. Ia hanya memilih untuk diam, karena terkadang, mencintai adalah tentang memberi tanpa mengharap kembali."

Di balik diamnya Laki-laki itu, ada sebuah cinta yang tulus dan penuh doa. Cinta yang tidak pernah meminta balasan, tetapi berharap hanya kebahagiaan untuk orang yang dicintainya. Dan meskipun itu berarti harus merelakan, dia tahu bahwa cinta sejati tidak membutuhkan pengakuan, hanya ketulusan yang bisa dia berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun