Mohon tunggu...
Ilyas Aminudin
Ilyas Aminudin Mohon Tunggu... Lainnya - Clinophile

bukan orang penting yang penting orang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Antara Aku dan Tangga

12 November 2020   07:00 Diperbarui: 12 November 2020   07:07 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Ilyas Aminudin

Kelas : 12 MIPA 5

Novel Sejarah Pribadi

Ada peribahasa mengatakan "Sudah jatuh tertimpa tangga". Namun, yang aku alami adalah jatuh dari tangga, aku rasa zaman sekarang hampir setiap rumah itu berlantai dua bahkan ada yang sampai tiga hingga aku yakin hampir di setiap rumah memiliki tangga, tapi sepertinya orang di setiap rumah tidak memiliki hubungan yang erat dengan tangganya, iya ini adalah cerita tentang hubungan akrab antara aku dan tangga. 

Namaku Ilyas Aminudin biasa dipanggil il, yas, atau udin kalo sedang dalam mode lemot disini aku mau mencoba menceritakan pengalaman hidup yang mungkin terbaca sedikit absurd ini. Seperti di judul ini adalah pengalaman antara aku dan tangga.

Hidupku dengan tangga itu seperti hubungan antar sahabat bukan hanya tangga di rumah saja tapi di setiap tempat yang ada tangganya aku itu selalu terlihat seperti sahabatnya, terlihat aneh memang tapi begitu kehidupan ku yang selalu bersama dengan tangga apalagi saat daring seperti sekarang hubungan aku dengan tangga tangga di rumahku menjadi semakin dekat bukan dalam ikatan yang baik tapi dalam ikatan yang buruk.

Cerita aku mulai bersahabat dengan tangga berawal saat aku masih berusia sekitar sepuluh tahun, waktu itu adalah hari weekend dan aku hanya menghabiskan waktuku untuk membantu ibu di rumah, saat itu aku hanya membantu mengerjakan pekerjaan yang ringan seperti menyapu dan mengepel lantai. Ibuku mengerjakan yang lumayan berat untukku saat itu seperti mencuci baju dan menjemurnya. 

Setelah selesai mengerjakan seluruh pekerjaan rumah aku bersantai dan menonton televisi saat itu aku menonton film komedi yang membuat ku tertawa terbahak bahak sampai akhirnya hari menjelang sore dan cuaca sudah mulai  ibuku menyuruhku untuk mengangkat jemuran di lantai atas

"Ilyas.!! Angkat jemuran!!." Teriak ibuku yang waktu itu sedang memasak.

"Siap laksanakan kanjeng mamih." Balasku.

Setelah itu aku langsung kelantai dua untuk mengangkat jemurannya, lalu kembali lagi kebawah dengan membawa banyak pakaian yang sudah kering hingga aku menuruni tangga, aku masih mengingat film yang aku tonton sampai aku menirukan apa yang tadi aku lihat di film, hingga akhirnya aku tidak fokus pada langkahku dan akhirnya akupun terjun bebas dan tersungkur diatas lantai. untungnya aku jatuh di anak tangga terakhir tidak terlalu sakit, tapi kalo diliatin sama orang lain pasti malu banget. 

Dan saat aku terjatuh saat sedang tidak ada orang aku tidak tahu ibuku yang tadi sedang memasak entah sudah pergi kemana mungkin kewarung membeli garam atau semacamnya.

"Untung tidak ada siapa-siapa." Batinku. Namun, ternyata saat bersamaan kakak ku melihatnya tapi sepertinya dia pura pura tidak tahu karena takut aku mengadu dan jadi dia yang disalahkan sebab sebelumnya ibu menyuruh kakakku untuk mengangkat jemuran tapi dia menolak dengan berdalih banyak tugas sekolah yang harus di kerjakan.

Ketika malam hari aku dan keluarga sedang berkumpul di ruang tengah sedang mononton acara kesukaan keluargaku, bukan keluargaku sih lebih tepatnya acara kesukaan ayahku apalagi kalau bukan dangdut. 

Semuanya berjalan dengan hidmat dan lancar dengan sedikit candaan dari ayahku sampai akhirnya kakak ku mulai buka mulut dan membicarakan tentang barang yang terjatuh.

"Tadi sore aa denger suara kaya benda jatuh gitu di dapur kayaknya barang yang jatuh dari lantai atas." Aku yakin pasti dia sedang menyindir diriku.

"Kapan a?" Ini ibuku yang bertanya.

"Tadi, pas sesudah mamah nyuruh si ilyas ngangkat jemuran." dan benar saja kakakku yang satu ini menyebut namaku dan akhirnya akupun angkat bicara bahwa akulah sebuah benda yang jatuh tersebut dan menjelaskan alasan kenapa aku bisa terjatuh. Ibuku dan ayahku Hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang satu ini sambil sesekali menanyakan apakah ada luka atau tidak dan aku hanya menjawab dengan gelengan kepala. Kakaku? Dia hanya tertawa puas sampai akhirnya tersedak ludahnya sendiri.

Seperti disebutkan sebelumnya hubunganku dengan tangga bukan hanya dengan tangga yang ada dirumah saja tapi diluar rumah seperti di sekolah dan dimanapun yang ada tangga juga selalu sama aku sering kali tersandung, terkilir, terjungkal, terpeleset sampai tersungkur.

Berlanjut sampai dunia Putih biru hubunganku dengan tangga masih sama. Namun, saat masuk di dunia Putih Abu-abu kebiasaan terjatuh atau tersandung di tangga sudah mulai hilang mungkin juga karena sudah banyak pengalaman dengan tangga menjadikan diri ini menjadi lebih berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.

Begitulah hubungan ku dengan tangga yang sering kali terulang. Bahkan Leonardo Da Vinci saja tidak dapat menggambarkan bagaimana rasa penasaran, sakit dan malu yang kurasakan ketika berjalan kemudian terjatuh diatas tangga. Terjatuh, tersandung, atau terkilir di tangga itu sudah seperti menjadi kegiatan wajib di setiap ada tangga. 

Harapan untuk semuanya adalah selalu fokus pada sesuatu yang kita inginkan dan juga selalu berhati-hati dalam memilih langkah dan jangan sampai terpeleset atau tersandung di tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun