Ibunya kaget bukan kepalang mendengar Arman berbicara seperti itu. Selama ini Arman tidak pernah melawan apalagi membentaknya.
"Man, ibu sudah menyiapkan sarapan untukmu, Nak. Ada terong, Ibu juga sudah buatkan kamu nasi goreng, tapi karna persediaan nasi dan telur kita habis jadi ibu buatkan hanya untuk kamu, biar ibu makan di jalan saja. Yuk dimakan, Nak!"
Ibunya berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka lalu mengajak Arman untuk sarapan, tetapi dibalas tatapan merendahkan dan perkataan yang dikatakan setengah teriak.
"Terong lagi terong lagi. Bosan Arman tuh, Bu. Harusnya Arman makan dengan daging ayam, daging sapi dan ikan bukannya terong. Lama-lama Arman tak kuat jadi anak ibu, hidup susah seperti ini cuman bikin Arman muak."
Arman pergi keluar rumah, sedangkan ibunya hanya bisa terdiam memandangi kepergian Arman dengan lemah. Ibunya hanya bisa menangis menghadapi sikap Arman yang berubah dalam semalam.
Arman keluar rumah masih dalam keadaan setengah sadar, hingga tak terasa ia sudah berjalan menyusuri jalan raya yang masih lengang seakan enggan untuk keluar karena udara dingin yang menusuk.
Arman menyeberangi jalan raya tanpa menengok sisi kanan dan kirinya, tiba- tiba saja sebuah truk pengangkut yang sedang mengebut mengarah ke Arman. Dirinya terpental ke arah berlawanan dan tak disangka ada motor yang sedang melaju sesaat sebelum Arman terjatuh didepannya sehingga mengakibatkan timbul bunyi "krek" seperti sesuatu yang patah. Ia merasakan sakit yang sangat hebat hingga penglihatannya gelap.
Dua bulan setelah Arman mengalami kecelakaan, ia diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Tetapi Arman bingung mengapa ibunya tidak menjenguknya selama ia berada di rumah sakit. Setibanya dirumah, Arman tidak menemukan Bu Surti, lalu ia bertanya kepada tetangganya.
Tetangganya pun menjelaskan bahwa Bu Surti sudah meninggal dunia. Beliau mencari dana untuk membayar biaya operasi dan pengobatan Arman, sebab Arman membutuhkan transplantasi tulang rusuk secepatnya tapi karena biaya yang terbilang besar, beliau rela melakukan hal apapun yang dapat membuat Arman pulih.
Hingga ada satu keluarga yang sedang membutuhkan donor jantung untuk putri bungsu mereka. Bu Surti membuat kesepakatan bahwasanya beliau akan mendonorkan jantungnya tapi keluarga tersebut harus membantu pembayaran operasi Arman dan memberikan bekal atau tunjangan bagi Arman untuk sekolah lagi hingga Perguruan Tinggi. Jadi Bu Surti mendonorkan tulang rusuknya untuk Arman dan mendonorkan jantungnya untuk biaya transplantasi anaknya tersebut.
Kasih sayang seorang ibu tak terbatas meskipun anaknya sudah menyinggung hati dan harga dirinya. Maka jangan sia-siakan waktumu hanya untuk hal-hal yang tak berguna dan perbanyaklah bercengkrama dengan orang tua dan membanggakan mereka.