Mohon tunggu...
Ilyasa Ahmad Maskawaih
Ilyasa Ahmad Maskawaih Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Ilyasa A. Maskawaih, lahir di Garut tanggal 13 Oktober 2001. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Sunda. Tertarik dengan dunia sastra sejak 2019. Buku yang telah dia terbitkan yaitu buku yang berjudul "Catatan Kecil Untukmu Refina". Kamu bisa lebih mengenal Ilyas melalui instagram @fanalisme_

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Belajar Undak Usuk Bahasa Sunda, Yuk!

6 Agustus 2022   13:15 Diperbarui: 6 Agustus 2022   13:28 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: satuharapan.com

Halo! Sampurasun, para pencari ilmu! Kali ini Kang Rebahan akan sharing ilmu ke kalian tentang undak usuk bahasa Sunda. Undak usuk bahasa Sunda atau tatakrama bahasa Sunda merupakan sebuah ragam bahasa Sunda yang memiliki aturan penggunaan bahasa sesuai dengan norma kemasyarakatan di suku Sunda. Sistem penggunaan undak usuk bahasa berkaitan dengan peran pengguna bahasa (orang yang berbicara, diajak bicara, dan yang dibicarakan).

Undak usuk bahasa lahir akibat adanya pengaruh Mataram pada pertengahan abad 17 yang merubah masyarakat yang kekeluargaan ke arah masyarakat yang berkelas sosial sehingga terciptalah tata krama bahasa. Walaupun merupakan sebuah pengaruh dari masyarakat Jawa, namun ternyata undak usuk bahasa memiliki nilai-nilai yang luhur yang dapat menunjukan karakter masyarakat Sunda yang berbudaya dan bernorma. Undak usuk bahasa sangat sesuai dengan konsep sopan santun, keduanya menunjukan tata cara berkomunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik dan aspek-aspek kesopanan, diantaranya lentong/nada suara, pasemon/mimik, rengkuh/ gesture, dan penampilan.

Seperti yang sudah diketahui teman-teman semua, bahwasanya undak usuk bahasa Sunda itu memiliki tiga jenis, yaitu: basa lemes/sopan, basa loma/sedeng, dan basa kasar/garihal. Dalam penggunaanya pun tidak sembarangan karena harus memperhatikan lawan bicara dan orang yang dibicarakan. Tentunya bahasa yang kita gunakan akan berbeda apabila kita berbicara kepada yang lebih tua (saluhureun), yang seumur (sapantaran), dan yang lebih muda (sahandapeun). Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat rumus undak usuk bahasa di bawah ini,

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Tabel Undak Usuk Bahasa Sunda

Penjelasan:

Orang ke-1 berbicara kepada orang ke-2 yang lebih tua, menggunakan basa lemes keur ka batur.

Contoh: Upami Bapa parantos tuang?

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3 kepada orang ke-2 yang lebih tua, seupama orang ke-3 lebih tua dari orang ke-2, maka menggunakan basa lemes keur ka batur.

Contoh:

Kuring              : Punten, Bapa. Upami Prof. Yahya parantos sumping?

Pa Ahmad       : Teu acan, Yas. 

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3 kepada orang ke-2 yang lebih tua, seupama orang ke-3 lebih tua dari orang ke-1, maka menggunakan basa lemes keur ka batur.

Contoh:

Kang Ahmad  : Yas, ari si Rafli geus dahar?

Kuring             : Alhamdulillah, katawisna mah Kang Rafli parantos tuang.

Orang ke-1 berbicara kepada orang ke-2 yang seumur atau yang lebih muda, menggunakan basa loma/sedeng.

Contoh 1: Lang, geus dahar can?

Contoh 2: Dé, geura dahar heula atuh!

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3 kepada orang ke-2 yang seumur, seupama orang ke-3 seumur dengan orang ke-2, maka menggunakan basa loma/sedang.

Contoh:

Kuring             : Lang, ari si Rahadian geus dahar can?

Gilang             : Acan jigana mah.

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3 kepada orang ke-2 yang lebih muda, seupama orang ke-3 seumur dengan orang ke-1, maka menggunakan basa loma/sedang.

Contoh:

Kuring             : Dé, panghudangkeun si Gilang!

Dé Ihya           : Muhun, A.

Orang ke-1 berbicara kepada orang ke-2 yang lebih tua, tetapi untuk menjelaskan aktivitasnya sendiri, menggunakan basa lemes keur sorangan.

Contoh:

Bapa                : Dé Ilyas, geus dahar acan?

Kuring             : Alhamdulillah, Pa. Abdi parantos neda.

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3  kepada orang ke-2 yang lebih tua, seupama orang ke-3 lebih muda daripada orang ke-2, maka menggunakan basa lemes keur sorangan.

Contoh:

Pa Ahmad       : Ilyas, ari Dimas kamana bet teu sakola?

Kuring             : Punten, Bapa. Sapertosna mah Dimas téh udur.

Orang ke-1 membicarakan orang ke-3  kepada orang ke-2 yang lebih tua, seupama orang ke-3 seumuran dengan orang ke-1, maka menggunakan basa lemes keur sorangan.

Contoh:

Kuring             : Punten, Bapa. Refina tos dongkap sapertosna mah.

Pa Ahmad       : Oh, enya atuh.

Cukup sekian pembahasan tentang undak usuk bahasa Sunda kali ini. Semoga bermanfaat dan bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun