***
Matahari telah naik ke singgasananya. Berarti hari sudah amat siang. Waktu zuhur juga sudah kelewat beberapa menit tadi. Suara azan dilantunkan di masjid jami, dan suaranya juga terdengar hingga ke sudut-sudut kampung. Sayup-sayup suara azan juga dapat didengar di sawah dari kejauhan. Biasanya para warga yang sedang bekerja di kebun atau di sawah akan beristirahat sejenak, menunaikan salat dan juga makan bekal yang sebelumnya sudah dibawa dari rumah atau ada yang membawakan ke sawah.
Jam dinding tua di rumahnya sudah menunjukan pukul 13 lebih lima menit. Namun Si Kabayan belum juga pulang dari sawah. ”Katanya cuma cari tutut aja, tapi kok lama banget ya?” kata Si Iteung dalam hatinya. Akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Si Kabayan ke sawah. Sekadar memastikan saja bahwa ia sedang apa. Mencari tutut atau mungkin saja sesuatu terjadi kepadanya.
Singkat cerita Si Iteung sudah sampai ke sawah. Iya melihat ke kanan dan ke kiri, mencari suaminya. Dan nampak di seberang sana ada orang yang sedang jongkok di pinggir sawah. Nampaknya itu Si Kabayan. Ia pun segera menyusul ke sana.
“Aa lagi ngapain?” tanya Si Iteung keada Si kabayan yang masih jongkok dan mengail-ngail tutut dengan tongkatnya.
“Kan tadi di rumah udah bilang, mau nyari tutut. Nih udah dapet dikit.” Sambil menunjuk ke arah ember yang telah berisi sekitar 20 ekor tutut.
“Masa ngambil tutut caranya dikail pake tongkat?”
“Terus gimana atuh caranya? Masa harus turun. Tuh liat sawahnya dalem banget. Saking dalemnya langit aja keliatan dari sana. Takut tenggelam atuh!”
Tanpa basa-basi, Si Iteung langsung mendorong Si Kabayan sampai tercebur ke sawah. Badannya dipenuhi lumpur, dan beberapa dapuran padi yang baru sekitar dua minggu ditanam tertimpa oleh tubuh Si Kabayan.
“Eh, ternyata dangkal!” kata Si kabayan yang kini terjerembab dalam lumpur.
“Lain kali kalo mau ngambil tutut, jangan dikail pake tongkat. Turun Ke sawah!” ucap si Iteung dengan nada tinggi dan muka ketus. Sambil ia pergi meninggalkan Si kabayan.
“Eh keheula atuh tungguan aa. Tolong dulu!” Si kabayan sembari bangkit dari sawah.
Tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H