Mohon tunggu...
Ilyas Maulana
Ilyas Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Amatir

Fatum brutum amor fati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Kabayan Mencari Tutut [2]

7 Februari 2023   23:29 Diperbarui: 7 Februari 2023   23:35 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://sdnciwangi.blogspot.com/)

Semilir angin di pagi hari yang menyegarkan. Terik matahari belum begitu terasa karena ia belum mau naik ke singgasana siang. Yang ada hanyalah sinar yang menebar kehangatan bagi segala yang ia beri sentuhan. Pepohonan, rerumputan, hewan gembalaan, para petani di pesawahan, singkatnya mereka semua menikmati suasana pagi yang amat mesra ini.

            "Punten Bah," ucap Si Kabayan ketika akan melewati seorang kakekk yang sedang mencangkul di kebun.

            "Mangga," balas si kakek. Lalu kakek itu juga balik bertanya.

            "Mau ke mana Kabayan?

            "Eh, Bah. Mau ka sawah, Bah. Mau nyari tutut!" jawab Kabayan.

            "Oh, iya atuh. Hati-hati, ya!"

            "Siap, Bah. Kabayan duluan atuh ya!" Kabayan berjalan kembali untuk menuju ke sawah mertuanya. Mungkin sekitar lima menitan lagi dia akan sampai ke sana.

            Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya Kabayan sampai di sawah milik mertuanya. Milik si Ambu, panggilan dari mertuanya. Ada beberapa petak sawah dengan beberapa undakan. Satu petaknya berukuran sekitar lima kali sepuluh meteran. Kira-kira segitu jika ditaksir, karena sebagaimana kita ketahui nahwa kebanyakan bentuk sawah itu tidak beraturan. Mungkin mendekati bentuk persegi panjang dengan salah satu sisinya ada yang membentuk garis lengkung. Entah bagaimana cara menghitung luasnya ya?

            Kabayan langsung ke tepian sawah, galengan namanya. Ia duduk jongkok dan nampak olehnya bayangan langit di atas.

            "Astaga, sepertinya sawah ini dalam sekali" ucapnya.

            Ia berpikir, mencari cara  bagaimana agar bisa mendapatkan tutut itu. Ia takut tercebur ke dalam sawah yang ia anggap sangat dalam itu. Sedang tutut itu kebanyakan berada di tengah sawah. Si Kabayan pun mencari tongkat dari ranting pohon, setelah itu ia jongkok sambil mengail-ngail tutut yang berada di tengah sawah. Dengan tongkat itu tutut dikailnya sampai mendekat ke pinggir sawah. Lalu si kabayan mengambil tututnya dan disimpan pada ember. Dengan cara ini ia telah mengumpulkan beberapa ekor tutut. "Ternyata susah juga ya cari tutut itu," kata Si kabayan dalam hati.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun