Mohon tunggu...
Ilyas Maulana
Ilyas Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Amatir

Fatum brutum amor fati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas tentang Buku

27 November 2022   21:53 Diperbarui: 27 November 2022   22:40 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begitu luasnya ilmu pengetahuan tentu memerlukan media untuk menyimpannya. Sekuat apapun ingatan otak manusia, tentu akan mengalami penurunan jika usia sudah senja. Lantas buku adalah penyimpanan terbaik. Halaman-halaman yang berlanjut berisi ribuan teks yang memuat suatu kajian keilmuan. Lalu halaman-halaman itu dikumpulkan dan dijilid hingga terciptalah satu buku.

Buku yang kita baca sekarang telah melalui perjalanan yang sangat panjang. Manusia mulai menulis pada dinding gua, batu, kulit hewan meski yang ditulis baru berupa simbol atau gambar sederhana. Berlanjut dengan lembaran-lembaran papyrus, penemuan kertas, mesin certak, hingga lahirlah buku yang kita lihat saat ini dan juga berevolusi  dalam bidang digital dengan e-book.

Definisi

Buku adalah kumpulan lembaran kertas yang tertulis atau mengandung tulisan. Bahan-bahannya bisa berbentuk potongan kayu, kulit hewan, daun, bahkan gading gajah (zaman dahulu). Lalu kumpulan ini disatukan atau dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan beirisi tulisan, gambar, atau tempelan. Yang dimaksud halaman adalah setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku.

Sejarah

Tahun 2400 SM telah ditemukan kertas dari bahan papyrus, yakni sejenis tumbuhan yang tumbuh pada tepian sungai Nil di Mesir. Maka bangsa Mesirlah sebagai pelopor peradaban dalam bidang literasi dengan sudah mengenal tulisan lebih dulu di banding bangsa lain. Tulisan itu disebut dengan Hieroglif yang berupa simbol-simbol. Kertas papyrus yang berisi tulisan hieroglif ini berbrntuk gulungan dan inilah cikal bakal buku kuno.

Sedangkan bangsa Timur Tengah menggunakan lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi dengan kulit kayu keras yang disebut codex. Lembaran ini disebut pergamenum/perkamen, yang berarti kertas kulit. Perkamen ini lebih kuat dan mudah dipotong dan dibuat berlipat-lipat, sehingga lebih mudah digunakan. Dengan hal tersebut menjadi awal buku yang berjilid. 

Adapun di Cina dan Jepang, buku pada awalnya berbentuk gulungan yang berlipat dan diapit dengan sampul. Lipatannya seperti bentuk lipatan kain korden atau akordion. Biasanya berbahan dasar bambu.

Penemuan kertas oleh Tsai' Lun di Tiongkok pada tahun 105 masehi adalah awal kemajuan buku. Ia menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat itu ditumbuk, dicapur dan diaduk dengan air sampai menjadi bubur. 

Setelah itu dimasukan pada cetakan, lalu dijemur hingga kering. Maka terciptalah selembar kertas yang ringan dan praktis. Dengan ditemukan kertas ini, satu buku yang terdiri dari gulungan-gulungan yang banyak dan berat kini lebih ringan dan praktis. 

Awalnya pembuatan kertas ini dirahasiakan. Cina menjadi pengekspor kertas terbesar pada abad ke dua. Hingga pada tahun 751 M, proses pembuatan kertas telah tersebar ke samarkand di Asia Tengah bermula dari para tahanan bangsa Tiongkok yang ditawan oleh bangsa Arab. 

Kemudian bangsa Arab memperkenalkan teknik pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol, dan pada tahun 1150 telah tersebar ke penjuru Eropa. Di Francis dibangun pabrik kertas pada tahun 1189 yang menjadi pabrik kertas pertama di Eropa. 

Lalu berdiri juga pabrik kertas di Italia tahun 1276 tepatnya di Fabriano dan di Jerman pada tahun 1391. Dengan ditemukan teknik pembuatan kertas dan benhyaknya pabrik pembuat kertas, maka percetakan buku makin menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Penulisan sebuah buku dapat memakan waktu yang sangat lama. Bisa dalam hitungan bulan atau bahkan tahun. Hal in dikarenakan buku masih ditulis tangan. Suatu naskah buku yang telah selesai oleh penulis akan disalin kembali oleh para penyalin.

Tak heran jika harga buku sangat mahal.  Maka pada waktu itu memiliki sebuah buku adalah suatu kemewahan, karena tidak semua orang bisa memiliki buku. Hanya kalangan tertentulah yang dapat memilikinya seperti kalangan kerajaan dan orang kaya.

Pada abad ke- 15 mesin cetak ditemukan oleh  Johann Gutenberg dan menjadi awal dari babak baru evolusi buku. Penemuan ini juga mendorong kemunculan zaman Renaissance dan abad pencerahan di Eropa. Ia membuat cetakan logam dari setiap hurup atau simbol yang dapat dituangkan tinta. 

Hurup-hurup tersebut dapat dibentuk menjadi kata dan kalimat sehingga penulisan sebuah buku yang pada awalnya ditulis manual dengan tangan dan memakan waktu yang sangat lama, dapat berlangsung lebih singkat dan lebih banyak menghasilkan buku. Teknik ini berlangsung hingga abad ke- 20 hingga ditemukan teknik cetak yang lebih sempurna, yaitu pada pertengahan abad ke-20 dengan percetakan offset.           

Buku era sekarang

Seiring berkembangnya zaman dengan kemajuan bidang informasi, maka buku tidak hanya berbentuk fisik saja namun telah berevolusi dengan wujud elektronik yakni elektronik book atau e-book. 

Buku yang awalnya bertumpuk, berat, hanya berada di perpustakaan dan terbatas karena tidak bisa dibawa ke mana-mana, maka saat ini dapat diakses kapan saja dan di mana saja kita berada. Kini kita tak perlu pergi ke perpustakaan karena semua itu dapat kita akses dalam gengaman HP atau dalam laptop dan media elektronik lainnya. Dengan ini bukan tak mungkin kita dapat mengakses lebih banyak informasi dari buku elektronik ini.

Maka diharapkan dengan segala kemudahan saat ini kita dituntut makin mahir dan tidak ada alasan untuk tertinggal. Bayangkan saja jika zaman dahulu buku sangat terbatas dan tak sembarang orang dapat memiliki buku, maka saat ini siapa saja dapat mengakses buku. Buku tidak hanya milik kalangan elit saja seperti yang pernah terjadi pada zaman sebelum penemuan mesin cetak. Terbukti setelah ditemukannya mesin cetak, literasi di Jerman semakin meningkat karena buku-buku telah tersebar.

Demikian tulisan singkat mengenai buku, yang hanya sedikit mengulas seputar sejarah buku dari zaman dulu- saat ini. Tentu masih banyak kekurangan dalam isi dan kepenulisan. 

Jika ingin lebih mengetahui seputar buku, maka Penulis sarankan agar membaca buku tentang buku seperti "Penghacuran buku dari masa ke masa" karya Fernando Baez, atau bentuk fiksinya pada novel "Perpustakaan Kelamin" karya Sanghyang Mughni Pancaniti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun