Mohon tunggu...
Muhammad Ilyas
Muhammad Ilyas Mohon Tunggu... Guru - Pecinta Sastra

Pembina Asrama Pondok Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Financial

(Vi)r(i)tual di Atas Pohon dan Jin Itu Bernama "PRIMA"

18 Juli 2019   14:11 Diperbarui: 18 Juli 2019   14:27 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(VI)R (i)TUAL DIATAS POHON Dan JIN Itu Bernama "PRIMA". Dapat kalian baca judul ini dengan "Ritual Diatas Pohon, dan JIN Itu bernama PRIMA.

Pernahkah anda melihat jin? Dimana? Siapakah namanya? Dan semua orang akan tertawa dengan pertanyaan seperti ini. Kita semua akan sepakat memberikan jawaban, "hari gini loe masih percaya ama yang gitu-gituan? Ayolah guys, orang sekarang pada ribut bagaimana caranya membuat hotel di bulan. Loe masih aje mikirin masalah dunia jin. Move on donk guys!". Tapi, pernahkah kita berfikir tentang kesaktian para jin yang ada dalam layar kaca, yang mungkin terjadi di era moderen sekarang ini?

Kesaktian para jin di dunia moderen bermula sejak ditayangkannya film yang berjudul "aladin". Film yang diangkat dari kisah 1001 malam yang fenomenal dari negeri Baghdad, Irak pada abad pertengahan. Dikisahkan seorang pemuda akrobatik, yang terlahir sebagai anak yatim dengan nama "Aladin". Pertualangannya bersahabat dengan jin bermula sejak dirinya diperintahkan oleh hakim masuk ke dalam gua, guna mengambil lampu ajaib.

Bagi kita yang pernah merasakan menjadi anak-anak tentu memiliki fikiran bahwa alangkah enaknya kalau ada jin disamping kita. Mau apa tinggal "cling", minta ini "cling",atau cukup dengan menggunakan mantra "Sim Salabim, Abra Kadabra". Nah, sekarang ini kesaktian itu dapat kamu dapatkan melalui JIN yang bernama PRIMA. Loh kok jin?. Ya, iyalah..., emang makhluk yang bernama PRIMA ini pernah kamu lihat bentuk aslinya? Apalagi dengan zaman serba canggih seperti saat ini, ada yang bentuknya kartu seperti KTP, bahkan ada yang tidak terlihat, yakni digital payment one click.

Oke guys, inilah pengalaman kita yang pernah tinggal di daerah kepaulauan terpencil, bahkan sinyalpun mikir untuk jalan kesana, takut nyasar alias gak tahu jalan pulang.

Ia memiliki nama "Lingga", sebuah pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Ketika engkau ingin berlibur kesana membutuhkan waktu seharian dari pelabuhan. Ketika diriku telah mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru, maka disaat itu pula diriku telah siap mempertatuhkan nyawa demi mencerdaskan saudara se-bangsaku. Karena kami memilki perjanjian, siap ditempatkan dimana saja, serta siap menanggung resiko, termasuk nyawa sebagai taruhannya. Cukup menyeramkan bukan? Sejak menginjakkan kaki ke pulau inilah, kita mulai di uji yang namanya loyalitas dan integritas.

Kita semua tahu bahwa gaji honorer seorang guru jauh dibawah upah minimum, walaupun demikian ke-ikhlasanlah yang menjadikan para guru tetap konsisten dalam mengajar. Begitu juga dengan kami yang telah terikat kontrak, kami mendapatkan  "penghargaan" atau dalam Bahasa Inggrisnya honor. Honor tersebut langsung dikirim oleh yayasan melalui rekening masing-masing.

Hingga pada suatu hari, ketika diriku penasaran, seberapa besar penghargaan yang akan kami terima. Bukan tidak ikhlas dalam pengabdian, akan tetapi ingin mengukur kemampuan, seberepa besar biaya pengeluaran untuk kedepannya. Baju kemeja dan celana panjang telah disiapkan sebanyak dua style, serta sedikit makanan untuk mengganjal perut selama diperjalanan. Dengan kaos dan celana gunung ku naiki motor andalan, dan bersiap meluncur.

Perjalanan menuju pelabuhan Speed Boat membutuhkan waktu perjalanan selama 3 jam, karena memang jalanan masih tanah naik-turun berbukit, belum lagi kalau jalanan becek bekas curahan air hujan. Aspal?, jangan tanyakan itu, karena memang tempat mengajarku ini jauh di pedalaman. Setelah sampai di pelabuhan, tiga kapal kecil berjejer rapi yang siap mengantar penumpang menuju pulau seberang. Karena memang jadwalnya hanya sebulan 2 kali, sekarang sudah bisa anda bayangkan betapa terpencilnya pulau tempat diriku mengabdi.

Sesampainya di pulau, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang ojek, menuju pelabuhan Benan demi melanjutkan perjalan menuju Pulau Bintan tepatnya di Tanjung Pinang. Penat sudah dari perjalanan melelahkan ini, kami para penumpang dari pulau antah barantah melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan diriku mencari masjid demi meluruskan otot dan syaraf yang mulai tegang akibat kelelahan dalam perjalanan. Dan keesokan harinya barulah diriku mencari tempat tarik tunai kartu ATM. Buku rekening tabungan kami semuanya memakai jasa layanan Bank BNI, namun ternyata hanya ada mesin ATM Bank BRI dan Bank Kepulauan Riau, sebab sudah terlalu letih untuk berjalan mencari mesin ATM BNI.

Tanpa banyak bicara masuklah diriku di ruang mesin ATM, cek saldo keluarlah nominal angka Rp. 747.500,- . Lalu ku lanjutkan dengan perintah "tarik tunai" Rp.650.000,- dan saldo terakhirnya Rp. 92.500,-. Senanglah rasa hatiku pada saat itu, karena uang tersebut gaji pertamaku. Sisa saldo yang seharusnya Rp. 100.000,- menjadi Rp. 92.500,- tiadalah mengherankan bagiku, karena memang hal tersebut merupakan layanan Jaringan Prima. Tahukah anda ATM dengan layanan Jaringan Prima? Layanan ini menghubungkan transaksi finansial antar bank pada semua jaringan ATM seluruh Indonesia, lebih dari 80 bank yang ada diseluruh saentro nusantara, dan prosesnya sungguh REAL TIME ONLINE.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun