Pada tanggal 3 April 2018, BMKG mengadakan seminar dalam rangka memperingati Hari Metereologi Dunia ke-68 di gedung Auditorium BMKG.Â
Salah seorang narasumbernya adalah Dr.Widjo Kongko seorang Ahli Tsunami dari BPPT, yang memaparkan Potensi Tsunami Jawa Barat. Dalam pemaparannya, dia menjelaskan Potensi ketinggian gelombang yang dihasilkan dari sejumlah skenario permodelan.Â
Dari sejumlah skenario, beberapa kota bagian barat pulau Jawa bisa terkena Tsunami. Dari hasil penelitiannya, diduga kabupaten Pandeglang menjadi wilayah dengan ancaman tsunami terbesar.
Alih alih penelitian itu dijadikan dasar untuk membeli alat deteksi tsunami, Dr.Widjo Kongko malah dipanggil polisi pada tanggal 9 April 2018. Beliau dipanggil oleh Polda Banten Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskimsus) karena dianggap memunculkan kekhawatiran masyarakat Pandeglang.Â
Bukan itu saja, penelitiannya dianggap membuat investor takut berinvestasi. Maklum, Tanjung Lesung Pandeglang Banten sedang gencar gencarnya dibangun sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Padahal kajian ilmiah tak bisa dipidanakan. Setelah beneran terjadi tsunami, baru kasus ini dihentikan?Â
Kadang bingung emang dengan pola pemerintah menangani bencana. Bukannya antisipasi, malah cenderung diabaikan karena takut investor lari?Â
Palu juga begitu, Dr. JA Katili, Ahli geologi ITB sudah berkali kali menyatakan potensi gempa besar di Palu, tetapi tak ada antisipasinya. Ada tulisan opini yang bagus sekali di Kompas cetak setahun sebelum gempa dan tsunami Palu Donggala Sigi terjadi, soal Potensi gempa besar di Sulawesi.Â
Tetapi pemerintah kagak peduli tuh. La wong kata BMKG anggaran alat deteksi dini dan perawatanya aja malah dipotong dari APBN?Â
Sementara Dr. Widjo Ongko sendiri bukan pakar kemarin sore soal tsunami. Dia kepala seksi program dan jasa teknologi infrastruktur dan Dinamika Pantai di BPPT. Â Bapak ini S1 lulusan UGM, S2 nya lulusan Jepang, sementara S3 atau doktoralnya Dari Leibniz Universitait Hannover, Jerman.
Dr.Widjo Kongko sudah menghasilkan 30 penelitian soal tsunami dan dikutip lebih dari 100-an kali oleh journal atau media asing. Diantaranya A 1,000 record of tsunami recurrence in northern Sumatera, Extreme Runup of the 17 July 2006 Java Tsunami, dst.