Inna lillahi, kembali lagi ada musibah tsunami di Indonesia, setelah Palu 2 bulan lalu. Tsunami yang terjadi sekrang di pantai area selat Sunda, pantai di Banten dan Lampung Selatan. Disebutkan di Kompas TV, tsunami di Banten mencapai Cilegon, sementara di Lampung mencapai Bandar Lampung?
Sedangkan tinggi gelombang tsunami disebutkan oleh saksi mata sekitar 10 meter? Tetapi anehnya BMKG menyebutkan tsunami hanya 0,9 m?
Sejauh ini korban yang ditemukan sudah 20 orang wafat, ratusan luka-luka. Pencarian memang baru bisa pagi ini, karena tadi malam ketika tsunami datang listrik langsung mati. Kondisi gelap gulita.
Tempat yang dihantam tsunami terberat merupakan pantai tempat wisata, yaitu tanjung lesung, carita, anyer. Begitupun pantai di Lampung Selatan.Â
Sebenarnya fenomena tsunami yang terjadi di selat Sunda ini termasuk langka, karena tidak terjadi gempa bumi. Sementara erupsi anak gunung krakatau yang terjadi adalah letusan letusan kecil tremor atau getaran yang ada masih bisa ditolerir, makanya kapal wisata masih bisa menyaksikan erupsi gunung anak krakatau, walau berjarak tidak boleh kurang dari 2 km.
Kemungkinan yang terjadi adalah longsor dibawah laut yang memicu tsunami, bergabung dengan gelombang tinggi karena pasang. Makanya tidak ada peringatan dini tsunami karena memang tidak terdeteksi?Â
Bahkan pak Sutopo ditwitnya (yang kemudian dihapus karena takut bikin bingung) menyebutkan hanya gelombang tinggi. Bukan tsunami. Tetapi kemudian diralat, yang terjadi gabungan antara gelombang tinggi akbat pasang dan tsunami akibat longsoran gunung anak krakatau yang jelas BMKG masih meneliti penyebab pastinya.Â
Hingga kini gunung Anak Krakatau masih terus batuk, sebelum tsunami tercatat ada 200-an erupsi kecil. Intensitasnya makin tinggi dan walau bukan erupsi besar, kita tidak tahu berikutnya.Â
Yang jelas gunung anak Krakatau sudah menunjukkan eksistensinya sebagai sumber bencana dan tinggal bagaimana ke depannya semua pantai yang terkait selat Sunda, bahkan hingga Jakarta mempersiapkan dirinya sebagai pantai yang secara optimal bisa menahan laju tsunami dan punya pemecah gelombang.Â
Seperti penanaman hutan bakau kembali karena pohonnya memecah gelombang sedangkan genangan airnya menahan laju kecepatan arus. Penelitian di Jepang menyebutkan hutan bakau dengan ketebalan tertentu bisa mereduksi 90% dampak tsunami. Kalau pake tanggul gak yakin bisa menahan kekuatan gelombang tsunami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H