Jadi disinilah kami. Seumur umur tinggal di Jakarta baru ziarah kali ini. Ke Sohibul Makam Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi. Yang lahir di Semarang dan wafat tahun 1879 di Cikini.Â
Makam berusia ratusan tahun ini nyaris dilupakan. Apalagi ketika hendak digusur oleh pengembang. Itu dimulai tahun 2009. Hanya segelintir yang tak rela dan melawan. Tetapi apalah daya ketika aparat dan alat berat dikerahkan.
Dan disitulah terjadi keanehan. Alat berat tiba tiba rusak tak.bisa digunakan. Tetapi pengembang tetap ingin menguasai lahan. Karena strategis bikin apartemen berharga milyaran.
Pada bulan Juni 2010 kembali upaya menggusur dilakukan. Tanah disekitar makam sudah dikeruk membentuk lubang. Tiba tiba terjadi lagi keajaiban. Mata air memancar begitu deras tak bisa dihentikan. Air jernih itu menimbulkan kehebohan. Masyarakat berbondong bondong datang. Mediapun ramai memberitakan.
Banyak yang mengambil air berharap kesembuhan. Keajaiban itu membuat pengembang berpikir ulang. Percuma makam digusur dengan paksaan. Berkali upaya dilakukan tetapi yang terjadi hanya kegagalan.
Makam itu bukanlah makam biasa. Akhirnya pengembang membangun tembok menjulang sebagai pemisah. Apartemen tetap dibangun disisi sebelahnya. Areal makam diperbaiki dan diperindah. Walaupun arealnya hanya nyempil seadanya. Tetapi kini jadi tempat ziarah. Bagi warga Jakarta dan berbagai daerah lainnya. Bukankah dari usianya makam itu harusnya jadi cagar budaya?
Makam juga mengingatkan kita. Tak ada yang abadi hidup di dunia. Usia dimakan sang kala. Jadi tak perlulah berlomba berebut kuasa. Hingga tega menyebar fitnah. Pertanggungjawaban hidup bukan hanya di dunia. Tetapi juga dihadapan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H