Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

No Rocky, No Party?

6 Desember 2018   10:10 Diperbarui: 6 Desember 2018   14:48 2038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau melihat acara ILC yang ditayangkan TV One, mesti saya memperhatikan narsum yang ditampilkan. Soalnya sekarang jarang banget nonton TV, jadi kali kalinya nonton pengennya ya yang emang ada sudut lain yang bisa ditampilkan. 

Salah satu yang dinanti adalah tampilnya Rocky Gerung di ILC. Ini emang bintang special, sehingga kata Karni Ilyas, president ILC, No Rocky No Party. Kata-katanya makjleb, membuat sintesa dan antitesa dari para narsum lainnya. Makanya biasanya RG ditampilkan di akhir acara.

Seperti kemarin acara ILC dengan tema Pasca Reuni 212, dimana disampaikan kaitannya dengan elektabilitas, kemudian apakah itu kampanye apa bukan, mengapa banyak media yang tidak menampilkan sebagai headline?

Ketika giliran Rocky yang bicara dia menganalogikan Reuni 212 dengan ketika Martin Luther King berbicara didepan warga kulit hitam AS yang menyemut di Washington DC.  

Baru omong gini langsung diinterupsi oleh Boni Hargens yang menyebutkan itu tak bisa dibandingkan. BH emang setiap narsum dari pihak oposisi semuanya diinterupsi. Ngeselin karena pada dasarnya setiap narsum kan dikasih waktu terbatas? 

Lebih lanjut, RG menyebutkan kuantitas menjadi kualitas, dan apa yang dilakukan oleh peserta Reuni 212 adalah ekspresi wajar dari rasa ketidakadilan. Ditunjukan dengan demo yang beradab didepan Monas, yang disebut Rocky sebagai Monumen Akal Sehat. Reuni 212 adalah Momentum yang menjadi Monumen. Monumen Akal Sehat.

Mengenai kuantitas ini emang jadi perdebatan. Yang jelas massa yang menyemut menutupi lapangan Monas, patung Kuda, Bundaran HI, MH Thamrin, Sudirman, Kwitang, Tanah Abang hingga Senen itu gak mungkinlah setara ratusan ribu. 

Apalagi satu area Monas sekitarnya itu ada aplusannya, yang dari malam datang tahajud, paginya sudah pulang ketika jam 7 pagi, diganti dengan gelombang manusia.sejumlah yang sama yang baru datang. 

Di acara ini juga Rocky mengkritik media mainstream.yang ibaratnya sudah menjadi brosur pemerintah. Untung ada media social, live streaming yang bisa mengimbangi ketidaknetralan yang ditunjukkan oleh media mainstream tersebut.

Satu lagi yang menarik, pas Rocky bilang, oposisi itu tugasnya emang mengkritik. Lalu napa lu mengkritik oposisi? Tugas lu mengkritik tugasnya? Hahaaa, iya apa iya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun