Namanya saja Kali item ya. Jadi sudah terbayang Kali yang warnanya hitam dan berbau menyengat. Ndilalah letaknya di sebelah wisma atlit Asian Games. Jadilah secara instan Anies memakaikan penutup waring di permukaan Kali Item.
Efektifkah? Ada literaturnya emang. Waring itu bermanfaat mengurangi penguapan, sehingga bisa mengurangi bau yang menyengat. Efektivitasnya saya baca itu sekitar 70-80%.Â
Tetapi jika Pemprov DKI ingin serius membenahi kali, tentu ada berbagai cara yang secara teknis bisa mengurangi bau. Bukan sekadar instan bermanis muka di depan tamu.Â
Kali item adalah sungai yang "sakit". Jadi inget Sungai Nil, bagaimana warga Mesir menyayangi sungai ini, sebagai sumber penghidupan dan berkah dari Sang Pencipta. Disayang, dijaga, dihormati. Tetapi di Ibu Kota, sungai seperti tempat pembuangan limbah seenaknya.Â
Berat mengobati sungai yang sakit jika proteksi berupa regulasi, sanksi tidak diterapkan dengan baik. Sanksi yang tegas adalah awal untuk "memaksa" warga dan pelaku usaha untuk tidak membuang sampah dan limbah seenaknya.Â
Limbah yang sudah terlalu beratlah yang membuat sungai tidak lagi mampu memiliki oksigen di dalamnya. Sehingga bersifat anaerob, yang mengeluarkan bau menyengat. Ada 3 cara untuk mengurai kondisi anaerobik ini. Pertama dengan aerasi. Aerasi ini bisa dibikin seperti undak undakan di area hulunya (kalau hilir makin nyebar bau), atau dibikin semacam kincir.
Aerasi akan membuat oksigen masuk kembali ke badan air, sehingga membuat bakteri baik kembali ke air berikut ekosistem lainnya
Yang kedua, memakai absorban penyerap bau. Absorban ini bisa berupa karbon aktif, yang efektif menyerap bau dan warna. Bahan kimia karbon aktif juga relatif aman bagi lingkungan.Â
Yang ketiga menanam seejnis tanaman yang bisa menyerap limbah. Ini sih skripsi saya pas S1 Teknik Lingkungan, hehee. Tanaman itu namanya Typha latofilia. Itu tanaman air yang akarnya bisa menyerap limbah dan sebagai tanaman juga bisa mengeluarkan oksigen. Saya kira bukan hanya typha, tetapi berbagai tanaman air seperti melati air, lotus, teratai, bisa menyerap limbah tertentu. Tetapi tentu tidak dalam kondisi sungai yang terlalu anaerobik, karena akarnya bisa mati.
Yang panting lagi, Pemprov harus bisa audit apa saja yang buang sampah atau limbah ke sungai. Kalau tidak percuma usaha teknis gimana pun, kalau limbah yang masuk tetap ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H