Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Jalan Protokol di Jakarta Bernama Rasuna Said

19 April 2018   09:22 Diperbarui: 19 April 2018   09:24 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jalan raya di area Kuningan ini termasuk yang paling sering saya susuri. Nama jalannya Rasuna Said. Jalanan yang paralel dengan jalan Sudirman. Sama sama nama jalan pahlawan di jalanan protokol Jakarta.

Tetapi, hayo siapa yang tak kenal Sudirman? Semuanya mesti tahulah. Apalagi ada patung jenderal Sudirman yang dengan takzim memberi hormat. 

Saya suka bergidik mengenang perjuangannya, bergerilya di hutan dalam keadaan sakit. Dan berteriak 'Allahu Akbar' setiap memulai serangannya.

Nah kalau Rasuna Said? Jarang banget yang tahu. Sebuah stasiun tv pernah ngetes orang yang sliweran di jalanan ini. Pada tahu sih nama jalannya. Tetapi gak ada yang tahu siapa dia. Malah ada yang mengira Rasuna Said seorang lelaki! Hahaa, aya aya wae.

Padahal perjuangan Rasuna Said juga cukup menggetarkan dalam melawan kolonialisme. Rasuna Said yang bergelar HR atau Haji Rangkayo ini lahir di Sumatera Barat bulan September tahun 1910. 

Perjuangan Rasuna Said menggabungkan 3 kekuatan sekaligus, yaitu sebagai pendidik yang mendirikan sekolah putri. RS juga mendirikan perkumpulan politik untuk pendidikan politik.

Kedua sebagai jurnalis yang kekuatan penanya setajam pedang dalam mengkritisi pemerintah Belanda ketika itu. Dia menjadi pemred koran 'Raya' yang dianggap sangat radikal dan menjadi tonggak perjuangan di Sumbar. 

Kemudian RS mendirikan media Menara Poetri yang juga sangat kritis. Media ini mendapat perhatian para pejuang jurnalis di tanah jawa karena keberaniannya. Slogannya yang terkenal 'ini dadaku, mana dadamu?'

Ketiga, sebagai orator yang kata katanya juga mampu menginspirasi orang untuk berjuang melawan Belanda. Karena pidatonya Rasuna ditangkap dan dipenjarakan Belanda pada tahun 1932 (usia 22 tahun). Dia dipenjarakan di Semarang.

Setelah era kemerdekaan, RS juga memiliki banyak posisi penting di parlemen.

Rasuna wafat di Jakarta dalam usia 55 tahun. Semoga perjuangannya menginspirasi kita untuk tetap menjaga kedaulatan NKRI.

Ya sudah gitu aja. Selamat Hari Kartini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun