Kemarin baru saja baca berita wafatnya kakak Shireen Sungkar karena penyakit autoimun. Penyakit autoimun memang belum banyak dikenal di masyarakat Indonesia. Bahkan ahli-ahlinya saja masih jarang.
Jadi ingat, saya juga memiliki adik yang sakit autoimun ITP (Ideopathic Trombocytopenic Purpura), yaitu sejenis penyakit autoimun yang menyerang trombosit, sehingga jumlah trombositnya jauh dibawah normal. Ciri-cirinya kaki mudah memar, membiru, dan gusi gampang berdarah.Â
Penyakit autoimun memang aneh. Seharusnya kekebalan tubuh naik untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit, tetapi bagi penderita autoimun, kekebalan tubuhnya malah menyerang tubuhnya sendiri.Â
Pada awalnya kami sama sekali tidak mengira bahwa itu adalah autoimun. Kaki berbecak biru dikira hanya karena kecapekan saja. Ketika dibawa ke dokter, bahkan dokter juga belum bisa mendiagnosa penyakit yang diderita adik saya itu apa.Â
Ketika tes darah, ditemukan bahwa trombositnya sangat jauh dibawah normal. Solusi yang diberikan dokter, infus trombosit sebanyak-banyaknya, berikut banyak sekali jenis obat yang harus dikonsumsi. Tetapi trombosit tidak kunjung naik. Jadi transfusinya hanya numpang lewat saja.Â
Diagnosa awal dokter bilang karena tidak cocok dengan antibiotik yang dikonsumsi sebelumnya. Diagnosa lainnya kemungkinan disebutkan sebagai sakit leukemia, dan harus diambil sum-sum tulang belakangnya untuk diperiksa.Â
Bahkan seorang dokter ahli darah dari suatu rumah sakit terkenal di Jakarta ketika itu memanggil saya dan suami (pas itu orangtua masih di Medan) dan berkata untuk menyembuhkan adik saya, dia meminta ijin untuk memakai obat dan terapi yang sangat mahal (hampir Rp 1 M), tetapi hasilnya juga belum tentu sembuh. Karena obat itupun masih uji coba di Amerika Serikat katanya.Â
Yang saya bingung ketika itu, lah diagnosanya saja belum jelas, kenapa obatnya sudah ditentukan? Kami ragu, dan ketika orangtua datang, adik saya itu sempat masuk ICU beberapa hari, karena hilang kesadaran. Setelah itu, trombositnya dibooster dengan stereoid, setelah lumayan naik dan bisa jalan, dibawa pulang ke Medan.Â
Di Medan, masuk rumah sakit lagi, diopname. Ini juga naik turun trombositnya tidak stabil. Baru setelah dibawa berobat ke Penang, Malaysia, dokter disana meyakinkan ibu saya, bahwa penyakit adik saya adalah autoimun, ITP. Dan dengan perawatan yang tepat, adik saya akan bisa hidup normal seperti orang lain. Dia hanya memberi 3 macam obat. Dan obat itu tidak harus dikonsumsi setiap hari.Â
Oh iya, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan autoimun, bahkan hingga sekarang. Salah satu obat yang diberi adalah semacam booster (stereoid) untuk meningkatkan trombositnya jika drop.Â
Setelah itu adik saya beraktivitas normal. Dia jadi dosen, mengambil S2, dan sekarang sedang S3. Tetapi dia pernah kecolongan juga. Karena mencoba-coba obat alternatif, semacam propolis, tidak berapa lama trombositnya drop banget, hilang kesadaran. Ini juga masuk rumah sakit lagi, diopname. Setelah itu dia sangat hati-hati untuk mengkonsumsi pangan atau herbal.Â