Ini masih cerita ketika saya berkunjung ke Mesjid Luar Batangdi hari Jumat tanggal 6 Mei 2016 pas hari Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Â Kesana disaat hari liburan, sehingga jalanan Jakarta sepi, warganya pada piknik ke luar kota. Â Ketika disana, kami bertemu seorang yang disebut Habib, tetapi bukan keturunan Habib Hussein dan seorang lelaki, yang lebih tepat kami menyebutnya sebagai kuncen atau penjaga makam Keramat Habib. Sayang, saya lupa namanya.Â
Ada yang menarik dari hasil ngobrol dan nanya-nanya ke mereka. Salah satunya, ketika dia bilang, penggusuran Luar Batang ini akan menjadi sebab 'jatuhnya' Ahok dari tampuk kekuasaannya, sebagaimana Foke dulu. Haa, emang Foke dulu mau menggusur Luar Batang juga? tanya saya dengan oonnya. "Bukan, Foke mau menggusur area Makam Mbah Priok." kata bapak tersebut. Wah, kalau peristiwa tragis itu saya emang masih ingat. Tetapi apa hubungannya? Ya hubungannya mistislah, gak usah dipikir! Kata bapak itu, 'kekuatan' makam Mbah Priok setara dengan 'kekuatan' Habib Hussein ini.
Jadi ingat (dibantu mbah Google, hehe), kejadian tahun 2010, bentrokan fatal Satpol PP dengan ahli waris dan pendukung pengajian Mbah Priok. Korbannya beberapa meninggal dan banyak yang terluka. Seharusnya kejadian ini akan dianggkat oleh DPRD untuk 'menjewer' Foke. Tetapi ternyata isunya diredam, dan tidak ada penyelidikan lebih lanjut atas terjadinya kasus ini. Yang sempat mencuat (dan bikin miris) adalah adanya isu  gratifikasi kepada setiap anggota DPRD untuk meredam kasus ini
Foke memang kalah di pilgub DKI tahun 2012. Padahal, seperti saya tulisdisini, sebulan sebelum pencoblosan, semua hasil survei masih menunjukkan elektabilitas Foke yang jauh lebih tinggi dari Jokowi (46% vs 17%). Tetapi ternyata Foke kalah, dan Jokowi menang sebagai Gubernur DKI tahun 2012.Â
Yang menarik adalah pendekatan Jokowi terhadap warga dan ahli waris Makam Mbah Priok. Jokowi mendatangi warga dan ahli waris makam ini. Jokowi menegaskan caranya untuk merangkul warga, bertemu para ulama. Bahkan pedagang kaki lima pun ditemui oleh Jokowi. Â Akhirnya memang terjadi kesepakatan, karena area ini juga dipakai sebagai perluasan pelabuhan dan untuk tol. Makam tetap berdiri dengan megah, dan diberi akses jalan untuk masuk ke area ini.Â
Bagaimana dengan Mesjid Luar Batang? Memang tidak akan ada penggusuran Mesjid dan Makam. Tetapi warganya merupakan satu kesatuan dengan makam tersebut. Sejarahnya tidak bisa dipisahkan. Dan seperti saya tuliskan disini, tanah diarea Makam bukanlah milik Pemprov. Pemprov mengklaim, tetapi juga tidak bisa menunjukkan sertifikat kepemilikan Pemprov. Area Luar Batang ini dari dulu sudah diserahkan kepada Habib seluas 10 ha pada tahun 1800-an oleh pihak Belanda. Â Ini yang harus ditelusuri.Â
Kalaupun pemprov berniat baik, apa salahnya jika membuka komunikasi seluas-luasnya kepada warga Luar Batang? Win-win solution lebih enak. Jangan main pake buldoser, tentara, polisi, satpol PP langsung dikerahkan meratakan rumah warga tanpa ada dialog sama sekali? Â Emang mereka laler, diusir seenaknya? Kecuali memang tidak punya hati atau merasa 'gak level' kalo berdialog dengan 'wong cilik' itu lain lagi.Â
Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H