Inget survei LSI, jadi inget upaya-upaya yang dilakukan ARB untuk meningkatkan elektabilitasnya. Dari berbagai cara, iklan yang menerus ditv kepunyaannya. Belum lagi berbagai spanduk yang waktu aku ke Jawa sudah ada di pelosok desa. Entah kenapa, selalu iklan seperti itu kesannya terlalu 'dipaksakan'.
Sekarang, upaya yang 'terkesan' manipulatif juga dilakukan dengan hasil survei LSI. Kalau dulu yang aku inget, ARB dipasangin dengan Jokowi, biar terdongkrak dipilih. Lah emang hasilnya gitu, jadi pilihan no.1, dengan ARB sebagai Presiden dan Jokowi Wakil Presidennya.
Tetapi, sekali lagi, masyarakat langsung bisa menilai, itu karena faktor Jokowi yang membuat elektabilitas ARB terdonkrak. Apalagi ketika itu Jokowi tidak disurvei elektabilitasnya sebagai capres, tetapi sebagai cawapres.
Sebenarnya bisa saja ARB menjadi Presiden. Caranya?
1. Memanfaatkan kekuatan media yang dia punya.
Bikinlah acara-acara yang edukatif, menarik dan adil bagi semua. Masyarakat perlu ditingkatkan pemahaman terhadap berbagai hal. Untuk masalah politik, jangan berpihak! Karena media yang berpihak akan membuat masyarakat muak!
Tetapi kalau bisa adil, edukatif, masyarakat mungkin akan bisa sedikit menaruh respect kepada sang pemilik media
2. Kekuatan modal dan bisnis
Jarang di Indonesia punya pengusaha yang mumpuni dan mampu bersaing. Daripada uangnya dipakai untuk bayar lembaga survei atau buat spanduk yang mengotori tata kota, mengapa tidak membuat jaringan pemberdayaan UMKM yang serius berpihak kepada UMKM?
Kepercayaan masyarakat tidak tumbuh dari wajah yang sering nongol di TV. Tetapi keberadaan sang tokoh tersebut di tengah-tengah mereka. Makanya Jokowi bisa melejit, karena dia bukan tokoh di menara gading. Dia ada bersama rakyat, di tengah rakyat. Mendengarkan suara rakyat.
3. Belajar untuk Tulus Menyayangi Rakyat/Wong Cilik
Aku pernah nanya ke suamiku, kenapa masyarakat terhipnotis pada Jokowi? Padahal dia kan gak punya media. Malah suka menghindari wartawan? Kata suamiku, karena Jokowi 'tulus'nya berasa. Apakah ini cuman perasaan kami aja atau enggak? Tetapi itulah yang sejauh ini kami rasakan!
Ciri pemimpin yang tulus itu diantaranya adalah spontan, tidak jaim, apa adanya, sederhana, dan memikirkan orang lain lebih dari dirinya sendiri. Nah ini gak ada ukuran nalarnya. Tetapi bisa 'dirasa'
Seorang tokoh seperti ARB punya potensi untuk menjadi manusia yang dicintai juga oleh rakyat. Jangan berpura-pura! Dan tidak egois! Bisakah? Apalagi jika telah terjun di dunia politik, dunia yang katanya penuh kepura-puraan!
Kadang orang baikpun bisa terjebak jadi jahat. Dan licin, karena harus banyak melobi dan bernegosiasi, atau berupaya mengambil hati tokoh tertentu.
Kadang, cuman mikir, manusia kan hidup hanya sebentar. Ngapain sih lomba-lomba jadi Presiden. La wong tanggung jawabnya buerrat banget. Mending melakukan sesuatu yang berarti. Yang tulus. Walaupun sedikit, tetapi apa yang dilakukan itu bisa membuat seseorang bisa menjadi 'presiden' di hati manusia-manusia yang telah ditolong itu.
Bisa kok, ARB jadi 'presiden' di hati manusia. Kalau dia baik dan banyak menolong orang, terutama berbaik-baik sekuatnya kepada para korban Lapindo....:D
Daripada kerja hanya memanipulasi manusia lain. Sampai matipun kerjanya gitu. Ya ampun sia-sia banget hidup ini...#kata ustaz di mesjid sebelah, ini juga nasihat untuk diri sendiri...:D
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H