Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

China + Arab, Apa Jadinya? Uniknya Asimilasi Budaya Masyarakat Islam di China

30 Januari 2014   14:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19 7346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_319173" align="aligncenter" width="400" caption="Kungfu dikalangan Hui. Sumber: FB Chinese Muslim"][/caption] Besok tahun baru Imlek ya. Inget Imlek, jadi pengen menulis mengenai budaya masyarakat Islam di China. Soalnya aku termasuk suka film kungfu. Bibi Lung, Bibi Lung...Yoko, eh jadi inget film ini, hehee. Dan beberapa film  kadang menceritakan juga masyarakat Hui, dengan pakaiannya yang unik. Cewenya pake kupluk. Sejarah interaksi Arab dan China memang sudah ribuan tahun silam. Bahkan khususnya ada hadist Nabi Muhammad SAW yang populer menyebutkan bahwa 'Tuntutlah ilmu hingga ke negri China'. Hadist ini dimasukkan hadist dhaif oleh ulama, tetapi seorang ulama ahli hadist, Muhammad Taahir al-Fattani (986 M) dalam bukunyaTadhira al-Mawdu  menyebut hadist ini sebagai hadist Hasan (baik). [caption id="attachment_319177" align="aligncenter" width="470" caption="Pakaian Nikah Hui. Sumber: HUiweddingpic.wordpress.com"]

1391066179895525096
1391066179895525096
[/caption] Dan bukti bahwa hubungan baik itu sudah ada sejak zaman RAsulullah SAW adalah dikirimnya 3 orang sahabat Nabi Muhammad SAW, diantaranya Sa'ad bin Abi Waqqash pada tahun 616-618 M (sebelum Rasulullah SAW hijrah di tahun 622 M). Kemudian, kedatangan berikutnya (650-an M), terjadi ketika masa Khalifah Utsman bin Affan, dan bahkan dengan kedatangan ini, Emperor Dinasti Tang, yaitu Emperor Gaozong mendirikan Mesjid Memorial di Canton untuk mengenang Nabi Muhammad SAW.

[caption id="attachment_319179" align="aligncenter" width="409" caption="PernikahanHui.Sumber: FB Chinese Muslim"]

13910663282100495816
13910663282100495816
[/caption] Hubungan baik ini terus berlanjut, walau Dinasti di China silih berganti. Diantaranya adalah Dinasti Song, yang memang memberikan kantung-kantung komunitas Arab di daerah pelabuhan (Guangzhou dan Yanchau) sebagai bagian dari strategi dagang China. Kebanyakan kantung-kantung ini masih sedikit berasimilasi dengan masyarakat. Dan tidak ada upaya tertentu penyebaran agama, karena mereka murni traders/pedagang dan hanya menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak di China. Pada masa Dinasti Song pula, Dirjend  shippingnya selalu dipegang oleh muslim.

[caption id="attachment_319181" align="aligncenter" width="362" caption="Anak-Anak kembali Belajar Ngaji. Sumber: FB Chinese Muslim"]

1391066453559485756
1391066453559485756
[/caption] Kemudian, untuk mengatasi persaingan kekuasaan dengan Kerajaan Liao, Emperor dari Dinasti Song meminta tolong seorang Pangeran Amir Sayyid (so-fei-er) dan tentaranya untuk menempati daerah buffer. Sayyid ini yang kelak disebut sebagai 'Bapaknya' bangsa Hui khususnya, dan komunitas Muslim China umumnya, karena mulai banyak terjadi pernikahan dan berketurunan antara bangsa Arab-China. Asimilasi terjadi Masa Dinasti Ming (1368 M - 1644 M) Karena Dinasti Ming adalah dinasti yang didirikan dengan mengusir penjajah bangsa Mongol (dinasti Yuan), maka tak heran bahwa pendiri Dinasti Ming, yaitu Zhu Yuan Zhang yang  bergelar Hongwu kemudian mendorong nasionalisme yang lebih dalam di masyarakatnya. Termasuk pengubahan nama dan budaya yang lebih terasimilasi dengan budaya China. Banyak yang masih memakai nama ke arab-araban diubah  memakai nama China. Kaisar juga mendorong pernikahan campur Han-Hui semakin banyak dilakukan oleh etnis Hui. Bahkan ada yang dikasih nama 'Wang' oleh sang Kaisar kepada seorang ahli astronomi dari timur tengah yang bekerja di istana. Jadi, selain memang ada singkatan khusus, seperti Ma untuk Muhammad, Ha untuk Hasan, Hu untuk Husein, Sai untuk Syamsudin dan sebagainya, ada banyak juga nama keluarga di luar nama itu, tetapi pemberian Kaisar. Begitu juga dengan Laksamana Cheng Ho, yang juga merupakan seorang muslim, memakai nama China sebagai namanya. Kalau kakeknya masih bernama Sayyid Ajal Syamsudin. Mesjid-mesjid yang didirikan oleh sang Kaisarpun bertemakan budaya China. Kemudian, etnik Hui, yang merupakan percampuran Arab-China juga mengembangkan seni bela dirinya sendiri. Komunitas Muslim di China mencapai masa terbaiknya ketika era Dinasti Ming. Karena beberapa jendral pendiri dinasti ini adalah muslim, begitu juga dengan admiralnya yang amat terkenal, utusan ekspedisi ke seluruh penjuru dunia, Cheng Ho atau Zeng He,  adalah seorang muslim.

[caption id="attachment_319187" align="aligncenter" width="440" caption="Sholat & Berdoa. Sumber: FB Chinese Muslim"]

1391067034304254421
1391067034304254421
[/caption] Komunitas Muslim di China mengalami cobaan yang berat ketika Dinasti Ming berakhir, dan dimulainya Dinasti Qing dari Mancuria. Apalagi ketika komunis berkuasa, identitas keagamaan harus ditutup rapat. Tetapi ketika China 'mulai terbuka' kebebasan menjalankan agama dibolehkan, aktivitas seperti pengajian, sholat, puasa, naik haji ke Mekkah mulai hidup kembali.  Kecuali yang mempunyai tendensi politik atau dianggap teroris, yah disikat habis oleh negara ini.

[caption id="attachment_319191" align="aligncenter" width="461" caption="Uygur di Xinjiang, China, ketika Ied. Foto: Muassis Andang"]

1391067318659660676
1391067318659660676
[/caption] Asimilasi budaya, semakin memperlihatkan bahwa suatu nilai bisa adaptif terhadap budaya lokal tanpa meninggalkan esensi nilai hakikinya sendiri. Adaptasi itu yang juga bisa membuat masyarakat lokal disuatu tempat itu juga nyaman, tidak merasa terancam terhadap 'sesuatu' yang datang dari 'luar'.  Jadi yang datang pun tahu diri, menampilkan dengan lemah lembut dan hikmah. Hikmah itu wise, bijaksana....:D Ya sudah gitu aja. Selamat Tahun Baru Imlek! Selamat menyambut musim semi, semoga hujan cepat berlalu, hehee. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun