2. Indonesia tidak punya asosiasi petani kedelai yang cukup kuat bargainingnya dibandingkan dengan importir kedelai. Importir memang diberi kemudahan untuk membeli kedelai dari AS ini, diantaranya adalah dengan skema pinjaman lunak, jadi tidak harus menyediakan modal dulu dalam membeli kedelai ini.
Tentu saja ini sangat menggiurkan. Istilahnya, kalau bisa membeli dengan mudah (tanpa modal pula), mengapa harus bersusah payah mengembangkan pertanian kedelai?
Dan sekarang, saat kekeringan melanda AS, yang menyebabkan meningkatnya harga kedelai dunia, tidakkah seharusnya Indonesia, dalam hal ini kementrian pertanian (Kementan) serius mengembangkan pertanian kedelai Indonesia secara mandiri?
Negeri subur, gemah ripah loh jinawi, tetapi takluk pada kepentingan dagang negara superpower yang begitu berhasrat memasarkan hasil pertaniannya ke negeri berpenduduk ke empat terbesar di dunia ini?
Ya Sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H