Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mrs.Ruetz, Perempuan Jerman yang Cinta Indonesia

3 Mei 2012   11:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_185967" align="alignleft" width="300" caption="Bu Hermina Ruetz, selalu dengan batiknya. Foto by Muassis"][/caption] Tiba tiba di Kairo ini kok ya inget Bu Hermina Ruetz, perempuan bule dari Jerman yang kutemui beberapa kali di Indonesia. Terakhir ketemu Bu Hermina ketika hendak kembali ke Kairo, juli tahun 2011 lalu. Kami ke rumahnya untuk pamit kembali ke Mesir. Dan ketika ke rumahnya tersebut, aku selalu kagum dengan isi rumahnya tersebut. Berbagai barang kerajinan Indonesia menghiasi rumahnya. Ukiran jepara, kain lombok, lukisan Bali, terpampang dengan harmonis dan indah di setiap sudut rumahnya. Dan kami lesehan sambil bicara bicara seru tentang perusahaan yang didirikannya di Indonesia, dimana suamiku sebelumnya bekerja. Aku memang bisa bilang bahwa Bu Hermina demikian cintanya dengan Indonesia. Dan itu juga yang diungkapkannya dengan penuh perasaan. Hampir 30 tahun yang lalu, berdua dengan suaminya (yang juga bule Jerman), beliau sudah malang melintang di Bali. Bikin bisnis, mengirim kerajinan Bali ke luar negeri. Sayang, usaha ini tidak berjalan mulus. Tetapi itu tidak menyurutkan beliau untuk tetap di Indonesia. Walau tetap harus bolak balik ke Jerman untuk masalah visa, tetapi beliau selalu datang ke Indonesia. Setelah kegagalan usaha tersebut, Bu Hermina membuat percobaan sendiri di rumahnya di Bali, untuk membuat keju. Percobaan ini ternyata berhasil. Hasil keju rumahan ini dia tawarkan ke chef chef di hotel di Bali. Ketika itu, semua produk keju, soft cheese, berasal dari impor. Berkat usaha yang gigih dari Bu Hermina, dan kepercayaan dengan kualitas produk yang beliau buat, akhirnya chef chef tersebut berganti dari impor menjadi lokal. Chef chef tersebut memang lebih yakin kalo sesama bule yang meyakinkan untuk menukar produk impor yang mereka pake ke produk lokal. Dan untuk mencari bahan baku keju buatannya, Bu Hermina blasak blusuk ke pedesaan di Bali. Sampai ke daerah terpencil banget, dimana mobil tidak bisa masuk, untuk mencari bahan baku lada, cabe, dstnya. Pas cerita gini, bu Hermina ketawa ketiwi, inget pas beliau diikutin anak anak segambreng disana, hehee Dan usaha yang didirikan Bu Hermina ini semakin besar pasarnya. Kemudian, usaha ini dibeli oleh seorang pengusaha lokal Indonesia, tetapi Bu Hermina tetap menjadi tenaga expertnya. Kantornya pun pindah dari Bali ke Jakarta. Dan perusahaan ini sekarang semakin membesar. Produk yang dibuat bukan hanya soft cheese (keju lembut) dengan berbagai variannya (rasa black pepper, chili, garlic), tetapi juga bermacam macam yoghurt, mulai dari stir yoghurt hingga drink yoghurt. Semua produk ini menggunakan bahan lokal. Bahkan pekerjanya pun terus bertambah. Kalau gak salah, sudah ada sekitar 450-an lebih pekerjanya. Lumayan kan, membuka lowongan kerja bagi orang indonesia sendiri. Terakhir aku mendengar kabar, beliau sekarang sedang kembali ke Jerman. Untuk mengurus kesehatan beliau, dimana di Negara asalnya sana ada jaminan kesehatan yang memungkinkan beliau untuk treatment penyakitnya. Dan untuk Bu Hermina, semoga terus diberi kesehatan dan kebaikan. Ya Sudah, Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun