Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengakuan Mantan Murid JIS: Beberapa Guru Melakukan Pelecehan Seksual?

20 April 2014   03:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 26904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_332429" align="aligncenter" width="604" caption="Pengamanan ketat di Jakarta International School, Jalan Terogong, Jakarta Selatan. | Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com/ Laila Rahmawati)"][/caption]

Tadi sore ketika pulang bareng ipar, saya bertanya mengenai kasus kekerasan seksual pedofili di Jakarta International School (JIS). Maklum, keponakan saya sekolahnya di sekolah internasional, dan masih kecil-kecil, seusia korban. Rasanya miris banget dan tidak tega jika mengingat kasus ini.

Ipar saya  terus bilang,"Iya, kasus itu menyedihkan sekali. Dan tahu gak, kalau ternyata bukan hanya penjaga toilet yang melakukan pelecehan seksual tersebut, tetapi juga guru-gurunya?"

Aku kaget. Haa, yang benar?  Bukankah mereka pendidik?

Katanya, sudah beredar beberapa pengakuan dari mantan siswa JIS mengenai pelecehan seksual oleh guru-gurunya didunia maya. Mantan siswa JIS ini sekarang sudah tinggal di New York.

[caption id="attachment_332412" align="aligncenter" width="300" caption="Pengakuan mantan murid JIS, soal Pelecehan Seksual oleh Guru JIS?"]

1397914431378869296
1397914431378869296
[/caption]

Percakapan di dunia maya tersebut menyebutkan bahwa guru-guru asing ini telah melakukan pelecehan seksual ke murid-murid JIS selama bertahun-tahun. Tidak seorangpun yang ditangkap dan tidak seorangpun yang berani bicara. Para orangtua tidak mengetahui betapa 'sakit' guru-guru yang ada di sekolah ini.

Tampaknya kasus sodomi yang menimpa AK, murid TK ini merupakan fenomena gunung es. Sekolah JIS terlihat  sangat tertutup dan terkesan arogan.

Bahkan saya juga membaca di Kompas.com, TH, orangtua AK, korban kekerasan seksual sodomi sempat bercerita mengenai pengakuan beberapa orangtua murid yang lain. Sepertinya beberapa murid juga mengalami kekerasan atau tindak asusila. Bahkan seorang anak perempuan usia 9 tahun diperkosa,  kemudian orangtuanya langsung memindahkan sang anak ke Bali.

Tetapi orangtua itu  kemudian tutup mulut. Tampaknya ada ancaman dari pihak sekolah? Atau pihak sekolah menyatakan hanya boleh berbicara kepada pers jika seijin sekolah.

Yang jelas, namanya kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, memerlukan kekuatan yang besar dari para korban ataupun keluarganya untuk mengungkapkan kasus ini. Karena selalu dianggap aib yang memalukan dan sebaiknya ditutup. Apalagi, beberapa keluarga korban merupakan warga negara asing (WNA). Mereka khawatir jika kasus dibuka, sulit untuk memperoleh perlindungan hukum.

Beberapa pengakuan ini hanya sebagai 'pemantik' agar pihak yang berwajib,  pihak yang mengeluarkan ijin pendidikan, maupun Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) secara serius melakukan investigasi kepada sistem maupun guru-guru yang ada di JIS.

Dan tuntutan yang beredar, baik melalui petisi maupun sharing di dunia maya, dimana netizen sudah muntap dengan kejadian yang mengerikan ini, adalah:

1. Hukum dengan seberat-beratnya pelaku kekerasan terhadap anak. Hukum maksimal 5 tahun tidak memadai dibandingkan dengan trauma kejiwaan yang dialami anak

2. Investigasi  sistem di JIS dengan terbuka. Jangan tebang pilih! Dan kalau  benar pengakuan diatas, JIS harus ditutup karena sudah tidak layak sebagai tempat pendidikan anak!

3. Para korban dan keluarganya dilindungi identitasnya agar mau mengungkapkan kasus sebenarnya yang terjadi di JIS. Seperti diungkapkan diatas, dikhawatirkan ini hanya fenomena gunung es. Lindungi korban dari ancaman pihak JIS.

4. Serius membuat terapi psikologis untuk memulihkan kondisi kejiwaan korban.Duh, sungguh tidak tega anak sekecil itu sudah mengalami kekerasan seksual sejahat itu.

Semoga keadilan tegak demi para korban yang telah jatuh, terhadap sekolah-sekolah tersebut. Biar ada efek jera, dan tidak timbul korban baru...

Salam prihatin.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun