Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

BBM Naik, Jakarta akan Jadi Lautan Motor?

9 September 2014   18:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:12 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_358073" align="aligncenter" width="403" caption="Anak kecil boncengan berempat. Foto: Muassis"][/caption]

Dapat diperkirakan, jika BBM naik, banyak kelas menengah yang tadinya sudah seneng dapet mobil kreditan akan beralih ke motor. Kepikiran donk, bayar bensin bisa meningkat sekitar 20% dari pengeluaran (tergantung berapa kenaikannya), darimana uang untuk bayar kreditannya?  Belum lagi nyicil rumah dan nyicil lainnya (misalnya aja mesin cuci, tv, dstnya deh, asal gak nyicil tas aja, hehee).

Yups bisa dibayangkan, motor memang sangat irit. Perbandingannya, untuk 1 liter, mampu mencapai 36 km hingga 51 km. Motor juga memiliki kemampuan untuk nyelap nyelip ditengah kemacetan parah yang sering melanda Jakarta. Kalau mobil? Ampiun dah, kemacetannya aja sudah bikin boros bensin yang sangat parah. Belum lagi waktu yang habis di jalanan.

Di tahun 2013, Dewan Transportasi Kota Jakarta memperkirakan kecepatan rata-rata mobil di Jakarta hanya 12 km/jam. Itu nyaris sama dengan kecepatan orang berlari santai, yaitu 10 km/jam. Tentu saja tahun ini akan semakin lambat lajunya, karena tingkat penggunaan mobil semakin tinggi, sementara transportasi publik belum mengalami perbaikan yang signifikan.

[caption id="attachment_358075" align="aligncenter" width="526" caption="Bawa Gas sambil Merokok. Foto: Eva Rosita"]

141023499625952774
141023499625952774
[/caption]

Sebenarnya ada juga sih alternatif lain yang malah tidak pakai bensin. Yaitu sepeda, untuk jarak pendek, dibawah 3 km. Tetapi para pengendara sepeda ini juga keder oleh pengendara motor. Disenggol mulu, dari belakang kalau macet (pengalaman kalo sepedahan ke kantor, hehee). Padahal seharusnya kampanye bersepeda ini digencarkan lagi, terutama ya untuk jarak pendek itu. Soalnya orang kalo punya motor, jarak pendek tinggal engklek aja suka maless, pake motor tuh. Ke warung blok sebelah yang bisa jalan kaki aja kadang kudu naik motor.

Jadi, pilihan masyarakat berkendara yang paling praktis, lagi-lagi ya motor. Apalagi kreditannya menggiurkan. Cukup DP sekitar Rp 2 juta sudah bisa dapat motor.

Yang jadi pertanyaan, siapkah otoritas kompeten berlalu lintas jika beneran Jakarta menjadi lautan motor? Siap dalam menjaga kedisplinan berkendaraan? Bisakah berkoordinasi antara polisi lalin, Dishub DKI, sekalian juga bisa menerima pengaduan secara cepat dari warga di jalan raya?

Harapan masyarakat, kedisiplinan ini yang harus diawasi dan dijaga. Beberapa prilaku pengendara motor yang patut diawasi:

1. Suka berkendara berlawanan arah dengan arus kenderaan. Ini karena motornya gak mau muter.

2. Suka naik trotoar, mengganggu pejalan kaki, dan merusak kondisi trotoarnya

3. Mengendarai motor sambil hapean, makan-minum atau sambil merokok. Aduh, kan bisa gak konsen tuh, bisa nabrak. Kasus terakhir sepasang kekasih boncengan, yang cewe ngasih minum ke cowonya, terus cowonya kehilangan konsentrasi, akhirnya nabrak truk. Dua-duanya wafat.

4. Usia pengendara. Mohon didisiplinkan anak-anak yang pakai motor

5. Jumlah yang dibonceng. Lah ini bisa sampai 4  orang loh kadang-kadang. Sangat membahayakan

6. Motor pengangkut logistik. Kalau motor bawa logistik, itu volume bawaannya bisa besar sekali. Dan bisa nyenggol kenderaan lain, pejalan kaki atau pesepeda di dekatnya. Apakah ada standar ukuran volume yang boleh dibawa?

7. Motor yang nyelap nyelip atau nyelonong seenaknya, suka bikin mampet jalan. Ini termasuk biang kemacetan. Mohon ditertibkan! Apakah perlu dibuat jalur khusus motor?

8. Keselamatan berkendara dari segi helm, pakaian pengendara.

Yang jelas, kedisiplinan berkendara ini penting bagi keselamatan kita semua. Kalau perlu sanksinya sekalian ditegaskan. Denda ditempat bagi yang melanggar disiplin. Dan dendanya jangan setengah-setengah, harus ada efek jeranya.

Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun