Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Snack Roti di Kementerian Perindustrian dan "Mindset" Suka Impor?

11 Desember 2014   17:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:31 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_381942" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi roti. (Shutterstock)"][/caption]

Pagi ini saya rapat di Kementerian Perindustrian. Udah kebayang loh, snack-nya ubi atau singkong, hehee. Seperti kemarin ketika rapat di Kementerian Pariwisata, kami disuguhi snack pangan lokal, termasuk singkong yang ditata kek bunga. Lucu dan ueanakk deh. Pas di KKP tempat Bu Susi nangkring juga dapet snack-nya singkong lembut yang dikaih vla. Uaduh, ini juga keren dan muantap rasanya.

Nah, di sini, sambil nunggu anggota rapat datang, saya membuka kotak snack (maklum ya bro and sis, biasa gak nyarap, heheee), huaa, ternyata isinya 2 roti segede gaban. Padahal ketika rapat sebelumnya, saya sudah protes, kenapa snack-nya roti. Ternyata masih sami mawon. Saya bilang ke si bapak tuan rumah, "Kenapa snack-nya lagi-lagi roti? Bukannya sebaiknya pangan lokal?"

Eh, gak nyambung, si bapak malah bilang, "Terus, rapat di sini (kantor kementerian) juga gak boleh? Bolehnya blusukan?"

Lah kan aku bingung, setahuku yang gak boleh kan di hotel. Kalau rapat di ruang kementerian bukannya emang dianjurin? Terus kubilang, "Bukannya di hotel yang gak boleh Pak?" Eh iya, katanya.

[caption id="attachment_381918" align="aligncenter" width="296" caption="Snack Roti di Kemenperin. Foto: Ilyani"]

1418269548980018529
1418269548980018529
[/caption]

Sebenarnya ketika ada edaran kebijakan yang bertujuan baik, tentulah seharusnya semuanya berupaya mengikuti anjuran itu. Menurut saya, dalem loh maknanya, jika kementerian menyuguhkan pangan lokal. Rantai distribusi hingga ke petani (dari hulu ke hilir) mesti akan bergairah dalam berproduksi, berkreasi menghadirkan pangan lokal ini. Lah ada yang berbentuk bunga segala. Dikasih bermacam topping. Mantap rasanya dan enak dilihat. Pangan lokal menjadi kebanggaan.

Tetapi jika kementerian yang mengurusi industri saja menyepelekan, bagaimana industri lokal berkembang? Saya jadi inget, ketika rapat di Kementerian Perindustrian sebelumnya, seorang ibu yang datang hanya membuka rapat, tetapi kemudian pergi sempat berkomentar soal pangan lokal ini. 'Lah saya aja sukanya impor kok." Aduh, mindset-nya begitu, bagaimana bisa mandiri industri lokal kita?

Sesungguhnyalah, jika kedaulatan pangan ingin ditegakkan, Kementerian Perindustrian menjadi bagian strategis untuk mendukung upaya ke arah itu. Mencari jalan terbaik agar industri lokal, berikut bahan baku lokal bisa tersedia dengan baik. Sayang jika mindset-nya begini. Sedangkan menterinya? Ehmm, pegawai PNS di Kementerian Perindustrian sendiri yang bilang, bahkan hingga sekarang pun menterinya masih belajar terus. "Tidak seperti Ibu Susi yang sudah buat gebrakan," katanya. Yah gitu deh, masih melempem.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun