Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memuliakan Tamu Undangan Pernikahan

13 Januari 2020   21:20 Diperbarui: 13 Januari 2020   21:23 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awalnya saya ragu ingin menuliskan artikel tentang undangan pernikahan. Tetapi di hari tadi saya mendengar salah satu pengalaman rekan kerja saya saat menghadiri acara pernikahan sepupunya di Kota Surakarta.

Semoga tidak telat saya menuliskan artikel tentang undangan pernikahan ini. Oke saya mulai yaa. Sebenarnya saya sedang sangat sensitif dengan topik pernikahan.

Ya secara usia saya sudah pantas untuk menikah. Teman-teman saya juga sudah menikah. Hampir setiap bulannya ada saja yang menikah. Makin berkurang deh tuh teman-teman senasib dengan saya.

Tapi tidak apa-apa. Semoga dengan menulis ini. Saya lebih baik. Dan tidak akan kepikiran terus. Karena sudah diungkapkan semua.

Jadi begini cerita tentang rekan kerja saya yang datang ke acara pernikahan sepupunya di Kota Surakarta. Menurutnya ini pengalaman pertama. Dia menceritakan setiap detail kejadian dengan sangat antusias.

Katanya undangan yang diundang ada 2000. Di sana sudah tersedia 2000 kursi juga. Kalo dihitung-hitung. Karena saat dirinya bertanya kepada salah satu panitia memang dipaskan untuk jumlah undangan.

Acara dilaksanakan di sebuah pendopo luas. Tamu undangan terbagi menjadi tiga bagian ada di sayap kanan kemudian di tengah tapi di belakang yang juga di bagi dua. Dan di sayap kiri. Sedangkan di tengah dikosongkan untuk jalan pengantin menuju pelaminana. Di samping kanan pelaminan ada stand para sinden.

Saat acara dimulai. Pada pukul 08.00. Tepat sesuai dengan yang tertera diundangan. Nampak para pramuniaga berjajar keluar dari belakang. Mereka nampak membawa piring-piring kecil. Kemudian dibagikan. Katanya ada 120 pramuniaga yang membagikan. Ke setiap tamu yang datang tanpa terlewati. Pada piring tersebut ada satu helai kue tart dan satu risol.

Sedangkan acara terus berjalan. Setelah semua tamu undangan selesai makan. Dengan cepat dan rapi tanpa mengganggu acara yang dengan khidmat terus berjalan. Para pramuniaga tersebut mengumpulkan piring-piring.

Setelah selang sekitar 20 menit. Para pramuniaga itu kembali masuk. Nampak membawa sesuatu dan membagikannya. Saat sampai di tangan rekan saya. Rekan saya aneh tidak mengenali apa yang telah dibagikan. Dirinya langsung bertanya dan katanya itu adalah makanan bernama sayur matahari.

Sayapun tidak tahu dan tidak dapat membayangkan sayur matahari itu apa. Tapi setelah rekan saya menunjukkan fotonya. Lumayan lah jadi tahu.

Acara terus berlanjut sampai pada pementasan dari para sinden. Kemudian para sinden yang notabene orang jawa. Ternyata bisa menyanyikan lagu bahasa sunda juga. Karena tamu undangan datang dari Bandung dan Tasikmalaya. Para tamu undangan terkesan.

Saat Pembawa acara menyebutkan acara selanjutnya adalah santap siang. Maka otomatis rekan saya mencari di mana tempat prasmanan nya. Karena siap mengantri. Supaya dapat paling depan.

Ternyata pembawa acara kembali menjelaskan bahwa para pramuniaga yang akan membagikan santap makan siang ke para tamu undangan. Jadi para tamu tidak usah kemana-mana. Menunggu para pramuniaga menghampiri dan membagikan makanannya.

Awalnya rekan saya mengira akan dalam bentuk nasi box. Ternyata bukan. Tetap di piring layaknya di acara pernikahan lainnya. Jika ingin menu tambahan katanya tinggal bilang. Mereka para pramuniaga juga menjelaskan bahwa menu apa saja yang tersedia.

Sesaat para tamu undangan menyantap makan siang. Sedangkan pengantin turun mengampiri tamu undangan. Menyalami para tamu. Menyebar si mempelai wanita ke tempat satunya begitu sebaliknya. Ditemani orang tua mereka.

Rekan saya hanya takjub dengan ini. Menyalami pengantin. Sang pengantin bilang. Biar tidak pegal berdiri menyalami tamu-tami yang tidak kenal. Dan memang yang diundang sebanyak 2000 itu adalah yang dikenal oleh mereka.

Setelah acara makan siang selesai. Pembawa acara memanggil tamu-tamu penting serta keluarga dekat. Untuk berfoto bersama pengantin di pelaminan. Untuk tamu yang lainnya ada yang sudah berfoto pada saat pengantin menyapa tadi.

Tepat sebelum adzan berkumandang acara selesai. Tidak ada sesi ganti baju atau apalah yang biasa kita temuka diacara pernikahan lainnya. Semua tamu undangan dengan tertib bubar tepat saat pembawa acara menutup acara. Kata salah satu panitia yang ditanyai oleh rekan saya bilang. Makanya resiko orang yang telat tidak akan kebagian apapun.

Kesimpulan yang bisa saya ambil. Saya sangat terkesan dengan kisah pernikahan ini. Saya menjadi terinspirasi. Apakah bisa saya melaksanakan teknik tersebut di tempat saya. Apakah tidak akan jadi obrolan orang? Ah untuk apa berpikir begitu.

Saya terkesan. Pernikahan tersebut pastilah khidmat. Tidak mengulur banyak waktu. Tidak membuang energi banyak untuk berdiri lama dan menyalami orang-orang yang bahkan tidak dikenal.

Tidak perlu juga membuat tamu undangan ngantri salaman dan ngantri makan. Yang penting tidak perlu meninggalkan solat karena sayang make up karena acara yang belum selesai bahkan setelah adzan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun