Pak dukuh pun menjawab kembali "saya bakalan menyuruh warga untuk menutup warung makannya yang buka pada bulan puasa. Â Tapi dengan satu syarat yang harus adek penuhi."
Seorang yang agamis pun bertanya "apakah sarat yang harus saya penuhi tetsebut?" Pak dukuh menjawa "asalkan selama satu bulan ini mas yang harus menanggung semua keperluan sehari-hari mereka yang mas suruh untuk menutup wearung makannya beserta keluarga mereka. Bagaimana mas siap?"
Lalu apakah yang terjadi. Si pria agamis tersebut tak mengelurkan satu patah kapaun karena merasa tidak mampu dengan syarat yang diajukan oleh pak dukuh. Dan malah meninggalkan pak dukuh tanpa pamit dan tanpa memberikan jawaban.
Tentang kejadian di atas tadi sebenarnya sudah dijelaskan dalam ayat suci al-qur'an surat Yunus ayat ke 40-41 yang artinya:
"Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al'quran dan diantaranya (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah. "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
Kemudian adapun pendapat mereka tentang ketidak setujuan mereka terhadap warung makan yang buka di bulan ramadhan. Alsannya adalah kurang menghormati orang yang sedang berpuasa tidak ada toleransi terhadap orang yang sedang berpusa. Selain menghormati orang yang berpuasa juga harus menghormati bulan ramadhannya. Karena biasanya juga mereka yang tidak berpuasa akan memilih untuk makan di rumah mereka masing-masing.
Biasanya mereka yang tidak berpuasa juga memiliki rasa menghormati bagi yang puasa. Jadi pikirnya mereka yang tidak puasa saja menghormati masa yang punya warung makan tidak menghormati dan tidak menghargai mereka yang berpuasa. Kalo masalahnya pendapatan, buka saja warungnya pada saat sahur dan menjelang buka puasa karena yang namanya rejeki kan sudah ada yang nagtur.
Tak perlu risaukan pendapatan karena semuanya Allah yang mengatur asalkan kita serahkan hasil nya kepada Allah dan kita tugasnya adalah ikhtiyar mencari rejeki.
Itulah tadi pro dan kontra tentang warung yang buka di bulan ramadha. Segala sesuatu pasti akan ada pro dan kontranya. Seperti kehidupan yang selalu memiliki dua sisi hitam putih layaknya minyak dan air. Jadi tergantung bagaimana kita menyikapi segala sesuatu tersebut. Kalau kalian gimana nih? Tim kontar atau pro tentang warung makan yang buka di bulan puasa ramadhan. Yuk ramein komentar di bawah ini. Wassalamualaikum.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI