Mohon tunggu...
Ilyaaa
Ilyaaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Desainer Struktur/Konsultan Desain

Saya adalah seorang Sarjana Teknik sekaligus Magister Arsitektur yang mencintai seni dalam berbagai bentuk. Sebagai seorang arsitek, saya menikmati proses mendesain bangunan menggunakan perangkat lunak seperti AutoCAD, SketchUp, dan Choom, menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Selain mendesain, saya memiliki minat mendalam dalam seni menulis. Saya gemar mendeskripsikan dan menggambarkan setiap detail desain saya melalui kata-kata yang indah dan penuh makna. Bagi saya, seni menulis adalah cara untuk menghidupkan ide dan memberikan jiwa pada setiap karya arsitektur yang saya ciptakan. Menggabungkan kemampuan teknis dan artistik, saya tidak hanya merancang bangunan, tetapi juga bercerita melalui tulisan, menghadirkan gambaran yang utuh antara visualisasi dan narasi. Kecintaan saya terhadap seni dan arsitektur inilah yang menjadikan setiap proyek saya lebih dari sekadar desain, melainkan karya yang memiliki cerita dan nilai estetika.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Cahaya Tanpa Redup

24 Januari 2025   10:01 Diperbarui: 24 Januari 2025   10:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Orang tua saya adalah kisah cinta paling tulus yang pernah saya temui, cahaya yang tak pernah redup meski angin kehidupan mencoba memadamkan nyalanya. Mereka adalah jiwa-jiwa hebat, yang dengan segala keterbatasan, berjuang melampaui batas untuk memastikan saya dan saudara-saudara saya dapat berdiri tegak di dunia ini. Dalam segala kesederhanaan, mereka mengusahakan apa pun demi pendidikan kami---menggenggam mimpi-mimpi kami dan menjadikannya tujuan hidup mereka.

Orang tua saya adalah orang-orang yang tidak pernah menuntut lebih dari apa yang saya mampu. Mereka selalu bersyukur atas setiap pencapaian kecil kami, menghargai proses yang kami jalani, dan menjadikan kami kebanggaan mereka, bahkan sebelum kami merasa pantas untuk itu. Mereka tidak meminta kami sempurna, hanya meminta kami tetap berusaha. Dalam cinta mereka, saya menemukan kekuatan untuk menjadi diri saya yang terbaik.

Namun, saya tahu, tak selamanya saya menjadi anak yang mampu membanggakan. Ada saat-saat di mana saya mengecewakan mereka, melukai hati yang seharusnya saya jaga. Tapi cinta orang tua itu luar biasa; ia tidak bertepi, tidak mengenal syarat, tidak terukur. Bahkan, ketika saya sendiri tak mampu mendeskripsikannya, cinta mereka terus hadir---melindungi, membimbing, dan menguatkan.

Terkadang, cara mereka menyampaikan cinta tak selalu sesuai dengan keinginan saya. Kadang ada perbedaan, bahkan pertentangan. Namun, semakin dewasa, saya sadar, apa pun cara mereka, tujuannya selalu sama: menjadikan saya manusia yang lebih baik.

Ada satu momen yang tak akan pernah saya lupakan, momen di mana saya terjatuh begitu dalam, hingga rasanya tak sanggup bangkit. Di tahun 2023, saya pernah berada di titik terendah hidup saya. Kekecewaan melingkupi hati mereka, namun cinta mereka lebih besar daripada itu. Di saat dunia saya terasa runtuh, Mama berkata: "Saat ini, kamu sedang berada di dasar curam. Dan ini Mama datang, mengulurkan tangan, menarik kamu, membawa kamu keluar dari curam tersebut."

Kalimat itu menjadi lentera di kegelapan saya. Mama tidak melihat kesalahan saya sebagai satu kesalahan yang mutlak. Ia merangkul saya, memeluk saya, dan berkata dengan lembut: "Kalau kamu sedang sakit, ayo pulang." Sakit yang dimaksud Mama bukanlah sakit di tubuh, melainkan sakit di pikiran dan hati saya---sebuah luka yang hanya bisa disembuhkan oleh cinta.

Di titik terendah itu, Mama dan Bapak berdiri paling depan, menjadi tameng yang melindungi saya dari kehancuran yang lebih dalam. Mereka berjuang tanpa henti, memastikan saya kembali berdiri, kembali tersenyum, dan kembali melangkah mengejar mimpi-mimpi saya. Perjuangan mereka adalah bukti nyata bahwa cinta orang tua selalu lebih besar daripada rasa kecewa apa pun.

Hingga hari ini, saya ingin mereka tahu, meski mungkin tak pernah saya ucapkan langsung: di lubuk hati yang paling dalam, saya sangat mencintai dan menyayangi mereka. Saya meminta maaf atas segala luka yang pernah saya goreskan di hati mereka, atas setiap rasa kecewa yang tak seharusnya mereka tanggung.

Ma.. Pa..... Izinkan saya menyatakan cinta itu melalui usaha dan bakti saya. Izinkan saya membahagiakan kalian dengan cara yang kalian layak terima. Doa dan restu kalian adalah hal yang saya butuhkan, untuk menjadi anak yang bisa membuat kalian tersenyum bangga. Semoga kalian selalu diberi kesehatan, umur panjang, dan kebahagiaan yang tak pernah surut.

Cinta mereka adalah warisan terbesar yang pernah saya terima, warisan yang tak akan pernah saya sia-siakan. Cinta yang akan saya bawa sepanjang hidup saya, sebagai bekal untuk menjadi anak yang pantas disebut sebagai kebanggaan mereka.

https://www.tiktok.com/@ip_aaaaang/photo/7463135745134415122?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7463308877741573639

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun