Seorang pemikir kebudayaan asal Belanda, bernama Johan Huizinga, melihat bahwa manusia pada dasarnya adalah mahluk bermain, disebutnya sebagai homo luden.Â
Manusia adalah sama dengan mahluk yang lain yang suka bermain. Hewan menggunakan insting, sedangkan manusia menggunakan kehendak bebas sekaligus juga instingnya.
Semua lapangan kehidupan tak lepas dari permainan. Ekonomi, politik, budaya, dsb. Pada masa kajayaan Yunani, arena politik sekalipun, tak terlepas dari sifat permainan. Debat dan orasi politik dibuat sebagai sebuah pertunjukan, dan disambut dengan sukacita.
Esensi paham homo luden ini adalah bagaimana manusia dapat menumbuhkan sifat permainan pada dirinya dan kehidupannya. Jangan larut dalam keseriusan, dan menghalalkan segala cara. Apabila aspek permainan hilang, maka nilai etis dan sportivitas akan tercerabut. Kehidupan pun akan menjadi gersang.
Hidup ini akan menjadi indah kalau sifat permainan ini tak hilang pada diri manusia. Coba kita amati bagaimana anjing bermain, sampai cakar-cakaran pun masih kelihatan menyenangkan.n Juga pada anak-anak, mereka bermain lepas, tak ada benci dan dendam dalam interaksi permainan mereka (dari berbagai sumber).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H