Mohon tunggu...
Ilham Paulangi
Ilham Paulangi Mohon Tunggu... Konsultan - Peminat masalah budaya, komunikasi, dan demokrasi.

menulis itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Percaya Siapapun!

2 September 2018   09:04 Diperbarui: 2 September 2018   10:45 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringkali muncul pertanyaan dalam benak kita, mengapa ada bangsa maju dan ada yang terkebelakang? Francis Fukuyama melihat penyebab utama maju tidaknya sebuah bangsa sangat dipengaruhi  oleh tinggi rendahnya modal sosial yang dimiliki bangsa tersebut.

Dia melihat adanya 3 faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya modal sosial tersebut, diantaranya adalah: trust, jaringan (network) dan nilai-nilai.

Fukuyama menggambarkan soal trust ini dengan mengutip Gambetta, dalam sebuah cerita, dari seorang keluarga mafia di Cicilia, Italia. 

"Seorang laki-laki kecil sedang berdiri di ketinggian kira-kira tiga meter. Di bawahnya,  seorang laki-laki setengah baya, mengembangkan tangannya dan memberinya perintah untuk segera meloncat turun. Si anak kecil terlihat ragu dan agak ketakutan, sementara si lelaki setengah baya, ayah anak itu, dengan sorot mata yang memancarkan paksaan mendesak anak itu untuk segera meloncat turun. Beberapa saat kemudian huppp...si anak meloncat turun. Buuummm...Sang ayah tidak menangkap tubuh kecil anaknya melainkan membiarkannya meluncur menghantam tanah. Kesakitan dan kebingungan, si anak menatap bapaknya sambil setengah menangis. Sang bapak berkata pelan, "Jangan pernah percaya kepada siapapun, termasuk ayahmu".

Fukuyama sengaja mengutip cerita ini untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang miskin modal sosial. Masyarakat seperti ini sulit berkembang, karena diantara mereka tak ada saling kepercayaan. Karena mereka membangun nilai-nilai negatif. Yaitu nilai "jangan percaya siapapun". Akibatnya, jaringan-jaringan yang bersifat kolaboratif, sulit terbangun.

Prinsipnya, aspek apapun sulit dijalankan tanpa saling percaya. Bisnis, pekerjaan, dunia sosial, hubungan rumah tangga,  sangat membutuhkan sikap saling percaya tersebut. 

Modal sosial suatu bangsa tidak serta merta lahir, melainkan dibangun dari proses. Proses membangun akumulasi kepercayaan, jaringan dan nilai tadi. 

Proses yang paling dibutuhkan dalam membangun modal sosial adalah segala bentuk tindakan positif, yang dilakukan, dan diinternalisasi oleh individu dan masyarakat. 

Modal sosial yang kita punya, tak lain adalah tindakan-tindakan positif dari para pendahulu-pendahulu kita, dan yang kita lakukan sekarang.  Terakumulasi dalam waktu lama, dari masa lampau hingga kini.

Distruption (kehancuran)

Lawan dari modal sosial adalah distruption (kehancuran). Pada masyarakat miskin dengan modal sosial, akan mengalami apa yang disebut distruption. Bentuk-bentuk distruption adalah seperti korupsi, perceraian (kehancuran rumah tangga), narkoba, kemiskinan dan kurang gizi, dan sebagainya.

Kedua kutub ini, antara modal sosial dan distruption adalah saling berlomba, atau bergerak secara agregat. Apabila tindakan positif kurang, maka kehancuran datang. Begitupun sebaliknya.

Makanya, tindakan-tindakan positif, sekecil apapun tak boleh diremehkan. Misalnya kerja bhakti RT, membantu anak-anak yang mau menyeberang, atau membantu memberi solusi bagi kawan yang membutuhkan, semua tak boleh dianggap remeh. Karena sesungguhnya itulah yang terakumulasi menjadi modal sosial.

Karena kita meremehkan hal-hal kecil  yang positif tadi, maka sama dengan kita membiarkan datangnya kehancuran. Narkoba sudah masuk ke desa-desa, sudah ada warga yang kekurangan makanan, tanpa tetangga mereka tahu, dan peduli. Di mana-mana terjadi perceraian. Semua itu karena kita luput memerhatikan tindakan-tindakan positif tadi.

Hoax dan Trust

Pada jaman milenial ini, salah satu yang faktor dalam memengruhi kepercayaan adalah proses komunikasi di flatform digital,  dalam hal ini adalah media yang difasilitasi internet, seperti facebook, whatapp, twitter, line youtube, dll. Proses komunikasi di media sosial tersebut, dapat menurunkan dan menaikkan modal sosial.

Tindakan memproduksi dan menyebarkan hoax jelas sangat merugikaan. Bukan hanya  karena menyebarkan berita bohong, tetapi akan menurunkan modal sosial bangsa. Kalau hoax, tak terkendali lama-lama kelamaan, berkembang prinsip "jangan percaya siapapun" tadi. Dan itu sangat merugikan dari segi sosial budaya bangsa.

Sebaliknya, menyebarkan berita atau informasi yang dapat memberi solusi bagi bangsa akan meningkatkan tingkat kepercayaan. Sekaligus meningkatkan modal sosial bangsa.

Dengan begitu, bangsa Indonesia akan maju dan dapat terhindarkan dari kehancuran. Dengan begitu, modal sosial bangsa akan naik, dan bangsa akan semakin maju.

Andi Ilham Paulangi, adalah alumnus FIB unhas, dan magister komunikasi politik Jayabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun