Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tersiram Bensin dan Terbakar, Bocah Yatim Ini Hidup Prihatin

14 Desember 2016   08:44 Diperbarui: 14 Desember 2016   09:56 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mengetahui informasi dari status Facebook seorang dokter wanita (Dr. Epi, yang bertugas di Puskesmas Balai Jaya, Rohil/baca disini) tentang seorang bocah yatim yang bernama Putri (2,5) sekujur kaki kanannya melepuh akibat terbakar, di sebuah perkampungan di kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Tepatnya di Dusun Balai Selamat RT / RW 004 / 002 Desa Pasir Putih Barat, kecamatan Balai Jaya.

Ia adalah putri seorang janda yang bernama Elia br. Hasibuan yang bekerja sebagai buruh kebun karet milik warga. Mirisnya lagi, rumah yang meraka tinggali akan dipergunakan oleh pemiliknya (kabarnya hendak dijual). Disaat anaknya terkena musibah, dalam waktu dekat terpaksa harus mencari tempat tinggal.

Sore itu saya hubungi seorang teman, Irwansyah namanya untuk berangkat menuju lokasi yang dimaksud. Berhubung, teman saya yang seorang advokat ini juga seorang admin sebuah grup jual beli di Facebook, yakni Bagan Batu Komersil (BBK). Yang mana, beberapa waktu lalu, saya punya projek menjual topi grup yang bisa dituliskan nama member. Dari hasil penjualan, sengaja saya sisihkan untuk program sosial. Niatnya sih untuk anak yatim. Iya, yang benar-benar pantas untuk dibantu.

Sekira pukul 15.30 wib pada Selasa (13/12/2016), kami pun mulai berangkat dari Bagan Batu kecamatan Bagan Sinembah menuju lokasi. Bekisar 20-30 menit kami pun tiba di kampung tersebut dan bertemu teman yang memang sudah berjanji mengantar ke tempat tinggal Bu Elia. Erwin namanya.

Sesampainya di lokasi, bung Erwin, menunjuk sebuah arang sisa bakaran. Sepintas mirip bakaran sampah, rupanya di tempat itulah Putri mengalami insiden itu. Ya, sebuah kios (kedai sampah) yang terbakar milik Ramli Nasution yang merupakan adik ipar dari Elia. Tiba-tiba, langit yang mendung langsung menumpahkan rahmat dari sang pencipta. Kami pun berteduh di dalam rumah yang masih ditumpangi Elia dan anak-anaknya.

Kios Milik Ramli yang terbakar dan melepuhkan kaki Putri| Dokumentasi pribadi
Kios Milik Ramli yang terbakar dan melepuhkan kaki Putri| Dokumentasi pribadi
"Kejadian itu terjadi 3 minggu yang lalu, tepatnya hari Rabu (19/11)," kata Ramli mengisahkan awal mula Putri mengalami luka bakar di kaki sebelah kanannya dan menghanguskan kios milik Ramli. Tidak perlu saya tuliskan kronologisnya, dan semuanya itu juga tidak ada unsur kesengajaan. Bisa dibilang antara abang spupu dengan adik sepupu bercandaan. Ya, keduanya juga merupakan masih bocak dibawah 5 tahun.

Tepat disebelah rumah Ramli yang juga masih di atas tanahnya, terlihat rumah sederhana sekali yang belum rampung dikerjakan. Dindingnya terbuat dari papan bekas dan sebagian terbuat dari tepas pelepah kelapa sawit. Atapnya dari seng bekas, namun belum selesai. "Dananya masih kurang," terang Ramli juga menjelaskan semua itu berkat bantuan masyarakat sekitar dan berharap ada dermawan yang mau membantu untuk merampungkan rumah yang bakal ditempati Elia dan anak-anaknya. Ya, ditinggal pergi oleh kepala keluarga yang tidak meninggalkan apa-apa, memang terasa berat. Suami Elia meninggal dunia sekitar usia Putri masih 6 bulan dan diduga sakit paru-paru.

Inilah Rumah yang dibangun swadaya oleh masyarakat sekitar. Belum rampung karena kekurangan biaya.|Dokumentasi pribadi
Inilah Rumah yang dibangun swadaya oleh masyarakat sekitar. Belum rampung karena kekurangan biaya.|Dokumentasi pribadi
Bocah manis itu, menangis menahan sakitnya luka bakar disekujur kaki kanannya tersebut. Terlebih saat kami tiba, seakan trauma dengan apa yang menimpanya. Ditengah krisis ekonomi ini, biasanya kita sering mengeluh hanya karena omset bisnis kita menurun. Begitu juga dengan pemerintah daerah kami, sedikit-sedikit DBH Migas berkurang, APBD Defisit, dan lain sebagainya. Tidak dengan Elia yang menafkahi anak-anaknya sendirian sejak 2 tahun lebih ini. Tak pernah mengeluh, meskipun defisit, 5 dari 6 anaknya tetap bersekolah. Ah sudahlah..

"Yang sulung, Ilham namanya. Kelas 2 Mts di Bagan Batu dan dibiayai oleh pak Samsul (warga Balai Selamat). Dua lagi di SD dan yang kembar di Paud," ungkap Elia yang memiliki 6 orang anak, 1 laki-laki dan 5 perempuan itu.

Subhanallah, meski tidak saya tanya dibiayai siapa lagi ke 4 anaknya, tapi tekad mencerdaskan anaknya saya salut. Malu, iya saya malu. Kita semua harus malu. Gak sebanding dengan kita-kita yang bisa dibilang lebih layak hidupnya jika dibandingkan dengan Elia yang bekerja sebagai buruh deres disebuah kebun karet. Hasilnya bekisar Rp.150.000/pekan. Sejak Putri mengalami musibah, Elia belum bisa bekerja seperti biasanya. Tegakah kita lihat itu kawan.! 

Saya pun izin kepada ibu yang hebat itu untuk ambil foto. Berhubung hujan sudah reda, sekaligus saya berikan amplop titipan dari member BBK hasil beli topi ke saya dan amplop titipan seorang teman jurnalis sebuah harian, yang awalnya ingin ikut dengan saya. Namun karena sudah janji dengan irwansyah untuk berboncengan, ia pun menitip bantuannya.

Tangis Putri pun semakin menjadi, seolah menolak untuk difoto dan didekati saya. Saya pun menjelaskan kepad ibunya, bahwa bukan maksud untuk hal-hal ajang pemanfaatan. Setidaknya, saya ingin mengetuk hati kawan-kawan saya di sosial media dan untuk bahan tulisan ini. Hasilnya, alhamdulillah, kawan-kawan di facebook merespon baik postingan saya dan berniat ingin menyisihkan rezeki meski tidak seberapa. begitu juga dengan pengusaha yang selama ini menjadi mitra saya untuk membantu orang susah, langsung merespon.

Sekali lagi, terimakasih teman-teman, sahabat, saudara-saudara ku yang peduli.

Oh iya, soal peran pemerintah setempat, sepertinya saya tidak bisa tuliskan disini. Tapi, beberapa hari yang lalu, ketika meliput peresmian sebuah klinik di Panti Asuhan, saya sempat memberikan informasi ini kepada salah satu anggota Dewan Rohil. Ia pun mengusulkan untuk membantu prosedur bantuan Rumah Layak Huni (RLH). Sebagai salah satu syaratnya, wajib memiliki setapak tanah untuk dibantu dibuatkan RLH tersebut.

Ya, angin segar itu sudah ada, tapi saya berharap lebih dari anggota komisi D tersebut. Selain tempat tinggal yang layak, berilah sebuah "alat pancing". Jangan hanya sebuah ikan. Meskipun ikan segar dan ukuran yang besar, lebih baik diberikan sebuah pancing. Artinya, bantulah rakyat mu dengan suatu usaha yang bisa menghasilkan untuk dimakan.

Rokan Hilir, 14 Desember 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun