Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hati, Selain Menjajakan Seks ‘Abnormal’  Waria Juga Doyan Merampok    

26 Maret 2016   14:01 Diperbarui: 26 Maret 2016   14:20 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini terjadi pada seseorang yang terbilang cukup kenal baik dengan keluarga kami. Kejadian itu terjadi pada hari rabu (23/3/2016) sekira pukul 04.00 wib, di kabupaten Rokan Hilir (Rohil) tepatnya di jalan lintas Sumatera km 2 Bagan Batu kecamatan Bagan Sinembah.

Sebut saja ucok (bukan nama yang sebenarnya) berangkat dari daerah dekat kota Pekanbaru (Riau) menuju Bagan Batu (kab. Rohil) dengan mengendarai mobil minibus merek Toyota Avanza. Sebelum tiba ditujuannya yakni rumah adiknya yang ada di Bagan Batu, ucok melihat jam yang menunjukkan pukul 04.00 wib pagi. Karena segan membangunkan adiknya pada waktu tersebut, dia coba istirahat dan akan langsung kerumah adiknya sekitar pukul 05.00 wib yang mana sudah memasuki waktu sholat subuh.

Ucok pun berhenti didekat persimpangan yang ada sebuah rumah makan yang sudah tutup, namun cahaya lampu halaman rumah makan tersebut cukup terang dan memiliki halaman yang cukup luas.

Ucok yang tidak tahu atau mungkin lupa jika didekat rumah makan tersebut, ada sebuah pos TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) milik dinas perhubungan yang jika malam hari hingga menjelang pagi menjadi tempat mangkal para waria menjajakan diri, kaget ketika ia dihampiri salah satu waria yang menawarkan jasa kencan "abnormal" kepada nya.

"Ah, cuma bencong (waria), saya tolak saja tawaran nya, pasti amanya ini," gumamnya dalam hati.

"Maaf dek, saya gak punya uang," tolak ucok dengan halus.

Tanpa disadari, ucok yang kala itu keluar dari dalam mobil sambil menghisap sebatang rokok, sedang membawa tas selempang yang isinya uang sebesar Rp.8 juta yang rencananya akan digunakan membayar kredit mobilnya yang sudah menunggak.

Entah setan apalagi yang merasuki waria yang memang sudah lari dari kodratnya itu langsung merampas tas selempang dan membawa kabur. Menyadari hal itu, ucok dengan sigap mengejar waria, namun tanpa diduga ucok, kedua teman waria lainnya justru menghajar ucok dengan sebuah beroti (kayu persegi) hingga ucok mengalami luka-luka dikepala, pelipis lengan serta bagian tubuh lainnya.

Ucok, yang merasa lelaki sejati itu pun melakukan perlawanan terhadap tiga wanita jadi-jadian tersebut. Walau berhasil merebut beroti dan melakukan perlawanan serta menghajar salah satu waria hingga jatuh tersungkur, jelas saja ucok KO melawan tiga pria, eh maksudnya waria yang badannya lebih besar darinya itu.

Siangnya, ucok bersama adiknya mencoba mencari tahu tempat tinggal para waria. Belakangan diketahui pelaku yang merampas dengan ciri-ciri yang disebutkan ucok kepada kawanan waria, pelaku menginap di kos-kosan yang sekaligus rumah makan. Namun, kedatangan ucok dan adiknya tidak membuahkan hasil karena waria yang dimaksud sudah cek out dari tempat tersebut.

Sebelumnya, penulis sendiri juga pernah mengalami hal yang serupa tapi tidak sama, yakni salah satu waria terlihat oleh penulis sedang mengendap-endap di steling juss buah milik istri penulis.

Dengan pandangan yang sedikit ragu-ragu, waria itu meraba-raba steling buah yang sudah ditutup dengan kain. Mendapati hal itu, penulis langsung keluar dari kios yang juga kami tiduri bersama anak istri.

"Hei, ngapai kauuuu..?" Teriak ku sambil membuka kunci pintu.

Siwaria yang melakukan hal itu, diam seribu kata dan sedikit tergagu gagu. Belakangan penulis ketahui dari teman waria lainnya, si bencong itu bisu katanya. Tapi aku tak percaya seratus persen lah.

Dengan mata yang sedikit melotot, saya pelototi tuh bencong dengan wajah sangar bak preman "lontong", si bencong perlahan menjauh, apalagi saat itu sambil pelototi, saya pegang cangkul yang sudah cobal cobel. Mungkin dalam hatinya, si bencong merasa takut jika terkena cangkul lantas tewas, bisa-bisa diakhirat langsung diopname karena bisa dipastikan terkena penyakit Tetanus. Apalagi tanpa adanya kartu Indonesia sehat atau BPJS.

Selain itu juga, para waria yang biasa mangkal disekitar pos TPR tersebut kerap melakukan pemerasan atau perampasan. Namun sayang sungguh disayang, hingga tulisan ini diterbitkan pertama kali oleh kompasianer tidak satu pun yang melapor kepada pihak berwajib. Apalagi, hampir rata-rata para korban merupakan pengguna jasa waria, "tengsin boooo..".

Yang paling sangat disayangkan adalah, sudah berkali-kali keberadaan waria di Pos TPR itu diberitakan baik media online maupun cetak harian/mingguan/dwi mingguan serta media cetak tahunan, secara resmi dan diluar bulan Ramadhan, belum ada tindakan yang tegas dari pemerintahan setempat, terutama pihak kecamatan.

Salah satu wartawan media online, Harahap (45) mengatakan sangat geram sekali dengan keberadaan waria tersebut. Pasalnya, sudah banyak korban yang secara tidak resmi melaporkan kepadanya telah menjadi korban pencurian, perampasan, serta perogohan kantong celana yang pada saat menggunakan jasa waria, setengah lepas dari kaki.

Ya, karena merasa pengguna jasa maksiat laknat tersebut, para korban enggan dan tentunya maluuu sekali melakukan laporan kepada pihak berwajib. Behahahahaha.....

Sekali lagi, yang sangat disayangkan adalah peran serta masyarakat yang sepertinya tidak bisa atau, (entahlah) Untuk mengusir perbuatan dosa kuadrat itu. Padahal, selain berzinah merupakan suatu dosa, berhubung sesama jenis juga lebih dosanya, jadi otomatis dosanya dobel alias dosa kuadrat. :D

Tentunya, pemerintah dalam hal ini pihak kecamatan juga harus didepan untuk menertibkan pelaku dosa tersebut, karena, biasanya kalau masyarakat yang lebih dahulu bertindak, ada kemungkinan main kasar alias hajar hajaran. Bisa bisa malah masyarakatnya yang dilaporkan dengan tuduhan penganiayaan, lalu teriak lah dengan alasan HAM. Halah...

Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, pemerintah kabupaten yang terkenal dengan istilah "Negeri Seribu Kubah" itu bisa langsung memerintahkan bawahan untuk segera menertibkan waria serta bila perlu warung remang-remang serta tempat karaoke keluarga yang disinyalir jual miras juga panti pijat yang penulis sendiri mengetahui tempat tersebut juga positif merupakan bisnis lendir. Ayo pak Bupati Rohil, tertibkan dan bubarkan. Saya tunggu aksinya, karena belakangan saya dengar, judi sabung ayam di Bagansiapiapi, yang menggerebek satuan Polda Riau. Eh, gimana Gelper mesinnya pak.?

Terimakasih atas kunjungan dan vote nya (perasaan amat divote).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun