Kelangkaan pupuk telah menjadi salah satu isu yang semakin serius di seluruh berbagai daerah, tak terkecuali di Desa Gumukmas Kabupaten Jember. Kekurangan pupuk yang semakin meluas tentu disebabkan beberapa faktor seperti meningkatnya permintaan, gangguan dalam rantai pasok, dan isu-isu berkaitan dengan pengeluaran bahan mentah. Akibatnya, harga pupuk telah melonjak tinggi, menjadikannya sulit diakses oleh petani yang bergantung pada pupuk kimia guna meningkatkan hasil pertanian mereka.
Kesulitan dalam mendapatkan pupuk bnyak menimbulkan ketegangan di kalangan petani. Banyak petani merasa tertekan kerana mereka tidak mampu untuk membeli pupuk yang diperlukan untuk menyuburkan tanah dan memaksimalkan hasil pertanian mereka. Tentunya hal tersebut, berpotensi mengakibatkan penurunan hasil, merugikan pendapatan petani, dan pada akhirnya mengancam ketahanan pangan.
Berangkat dari hal tersebut, mahasiswa KKN program studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Jember berinisiatif membuat suatu produk-produk pemacu pertumbuhan tanaman dan penyubur tanah. Produk tersebut merupakan produk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobium) dan juga produk Biostimulan. Â Kedua produk tersebut dibuat dari limbah-limbah pertanian lokal yang telah dilakukan uji sebelumnya oleh beberapa petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mulyo Desa Gumukmas Kecamatan Jember.
PGPR adalah kelompok bakteri menguntungkan yang mengkolonisasi rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran).Pengaruh PGPR secara langsung adalah menyediakan dan memobilisasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah. Selain itu juga berperan dalam sintesis dan pengontrolan konsentrasi berbagai hormon pemacu pertumbuhan tanaman.Â
Produk yang dibuat bersama kelompok tani Gumukmas diberi nama "TM Booster" yang merupakan jenis PGPR dan "Mulya Plus" sebagai produk biostimulan. Â Kedua produk tersebut merupakan hasil formulasi yang didasarkan oleh riset bersama mahasiswa di program studi Ilmu Tanah oleh kelompok riset SBF (Soil Biodiversity and Fertility). Â Selama kurang lebih tiga bulan lamanya produk difermentasi dari bahan-bahan yang bersumber dari limbah pertanian lokal dimana ketersediaan bahan baku tersebut sangat melimpah. Hal ini menjadikan desa ini sangat potensial untuk memproduksi produk tersebut secara masal, karena bahan baku yang disediakan gratis.
"Kegiatan ini merupakan tahap inisiasi awal, kedepannya kami akan membuat produk ini dapat dijual secara online sehingga secara tidak langsung kelompok tani mendapatkan manfaat dari hasil penjualan produk ini", ujar Anjar Maharani sebagai ketua KKN.
Kegiatan lainnya juga dilaksanakan dalam bentuk penelitian yang sedang berlangsung yakni mengevaluasi status kesuburan tanah di lahan milik kelompok tani, sehingga dari hasil penelitian ini harapannya didapatkan status unsur hara dan dosis rekomendasi pemupukan yang lebih efisien bagi para petani setempat.
[Reporter: Ike Ratna]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H