Dua tahun kemudian atau lebih tepatnya pada tahun 1914, terdapat seorang perempuan lagi yang berhasil masuk ke STOVIA. Perempuan asal Minahasa tersebut bernama Anna Adeline Warouw, kelahiran 23 Februari 1898 di Amurang. Anna Warouw berasal dari keluarga berpendidikan, di mana ayahnya yang merupakan seorang guru menginginkan anak-anaknya menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Anna dan adik laki-lakinya pergi merantau ke Batavia. Keduanya melanjutkan studinya di STOVIAÂ (School tot Opleiding van Indische Artsen).
Saat itu, yang bisa tinggal di asrama adalah para pelajar laki-laki saja. Oleh karenanya, Anna Warouw menumpang di rumah pamannya. Dikarenakan kegiatan dan pembelajaran di STOVIA yang sangat padat Anna Warouw terkadang pulang ketika mata hari telah terbenam. Untuk melindungi dirinya dari orang jahil maka ia membawa tulang paha manusia. Sungguh unik bukan? Tulang tersebut di satu sisi digunakan untuk belajar dan di sisi lainnya digunakan sebagai alat perlindungan diri.
Selama belajar di STOVIA, Anna Warouw menjalin persahabatan dengan Marie Thomas. Saking dekatnya mereka berdua dijuluki de Tweeling atau Si Kembar. Pelajar STOVIA yang mayoritas laki-laki itu dengan sepenuh hati melindungi dan menyayangi keduanya. Selain memiliki sahabat, Anna Warouw juga bertemu dengan pujaan hatinya yaitu Jean Eduard Karamoy.
Anna Warouw menghabiskan waktu selama sepuluh tahun untuk lulus dari STOVIA yaitu dari tahun 1914-1924. Setelah lulus ia menikah dan mengikuti suaminya ke Belanda. Di sana Anna Warouw melanjutkan pendidikannya dengan mengambil spesialis otorinolaringologi di Universitas Leiden selama dua tahun. Sementara itu, suaminya meraih gelar doktor di Jerman. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Anna Warouw kembali ke Hindia Belanda dan bekerja di bawah Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Anna Warouw juga bekerja di sebuah laboratorium di Jakarta serta pernah menjadi petugas untuk Jemaah haji. Dikarenakan Anna Warouw dan suaminya memiliki pekerjaan yang sama maka ia tidak bisa menjadi pegawai negeri. Alasan lainnya yaitu keduanya sering berpindah-pindah tempat dari wilayah satu ke wilayah sehingga sulit untuk menjadi pegawai yang tetap.
Setelah menyelesaikan tugas dari pemerintah, Anna Warouw kembali ke kampung halamannya. Di sana ia bekerja di laboratorium dan mengajar di Universitas Sam Ratulangi selama sisa hidupnya. Pada 1978, Anna Warouw meninggal dunia karena sakit yang dideritanya.
Sumber Referensi:
Museum Kebangkitan Nasional. "Anna Warouw: Dedikasi Dokter Perempuan Kedua di Indonesia."
Museum Kebangkitan Nasional. "Marie Thomas, Tokoh Bidan Indonesia Lulusan STOVIA"
Museum Kebangkitan Nasional."History Today: hari Lahir Dokter Perempuan Pertama di STOVIA"
CNN Indonesia. " Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia" https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210217072142-284-607142/marie-thomas-dokter-perempuan-pertama-di-indonesia