Mohon tunggu...
ilmi sayla
ilmi sayla Mohon Tunggu... -

simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Betawi

13 Mei 2014   19:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan Betawi meupakan kelompok budaya yang khas yang secara filosofis merupakan kuasa materialis bangsa Indonesia. Kebudayaan Betawi dapat dikatakan sebagai “potret miniature bangsa Indonesia”. Tidak berlebihan kiranya bilamana dikatakan bahwa pecampuran antarsuku, proses akulturasi kebudayaan, penduduk asli Batavia dan daerah-daerah sekitarnya merupakan prototype bangsa Indonesia dewasa ini. Percampuran antarsuku berlangsung kurang lebih dua abad lamanya. Dari percampuran antarsuku tersebut, terbentuklahsuatu tipe masyarakat baru yang kemudian dikenal sebagai kaum Betawi.

Percampuran antarsuku tersebut selalu disertai dengan proses akulturasi kebudayaan. Akibatnya, muncullah kebudayaan campuran yang kadangkala beberapa unsurnya menunjukkan daerah asalnya. Misalnya, bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi merupakan bahasa melayu yang dipengaruhi unsur-unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Arab, portugis, dan Belanda.

Kebudayaan Betawi tidak dapat dilepaskan dari subyek pendukung kebudayaan tersebut, yaitu orang Betawi. Suku bangsa lain, misalnya suku Batak, umumnya memiliki sebutan “Batak asli” untuk menyebutkan seorang yang bukan hasil pecampuran dua suku. Bagi orang betawi, sebutan “asli” tidaklah berlaku. Sulit mengidentifikasikan keaslian suku Betawi. Mereka merupakan hasil percampuran darah atau proses asimilasi antara penduduk pribumi daerah Jakarta dan suku-suku bangsa pendatang, misalnya orang Sunda, Banten, jawa, Bugis, dan Madura. Kemudian, terjadi juga proses asimilasi antara penduduk pribumi dengan pendatang dari bangsa asing seperti bangsa Cina, Arab, India, Belanda, Portugis, dan India.

Dalam rangka revitalisasi nilai-nilai fiosofis budaya Betawi, kenyataan yang kita hadapi saat ini adalah pengaruh budaya modern sebagai tuntutan modernisasi kota Metropolitan. Hal ini merupakan konsekuensi dari perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tahapan fungsional. Akibatnya local geniusbudaya Betawi semakin terdesak. Kepunahan budaya juga bisa terjadi. Demikian pula wujud kebudayaan sistem social juga akan mengalami nasib yang sama mengingat urbanisasi secara besar-besaran ke Jakarta. Akibatnya, jika masyarakat Betawi tidak mampu menguasai kepital, mereka juga akan mengalami tekanan dan kepunahan.

sumber : sosiologi, erlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun