Mohon tunggu...
Ilmi Nurhuzainatul Fadillah
Ilmi Nurhuzainatul Fadillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

senang menulis random dan berbagi cerita lewat akun media sosial juga podcast

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Empunya Laut

26 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 26 Mei 2024   21:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada halaman pertama, terdapat potret laut yang acap kali aku baca maknanya. Tentang bagaimana ombak bergilir menghantam karang pada bibir pantai. Mengintai kaki siapa saja yang berlari kedahapannya, lalu mengajak banyak manusia bermain hingga masuk ke dalam inti lambung lautan lepas. 

Aku bergidig ngeri menyaksinakan lipatan ombak yang membawa siapapun untuk ikut bertamasya. DEngan banyak dengkurnya ia bernyanyi syahdu, dengan banyak pasang surutnya ia turut mengajak pergi. Llau bagaimana perasaan mereka saat bermain pada air yang seolah tak punya ruang dan tepi? Seperti tidak ada rasa takut akan sebuah kehilangan yang sewaktu-waktu bisa menimpa diri, atau mungkin menimpa siapa saja yang kita akan sulit menerimanya. 

Jangkauan hati yang begitu dekat adalah upaya paling nekat yang aku kerahkan. Seluruh tenaga, tumpuan hati juga doa kepada Tuhan tentang siapapun yang hendak menghadang. Ini soal kehendak pencipta, tentang apa yang guugr dan dimatikannya, tentang apa yang berjalan dan dihidupkannya. Namun, lebih dari itu ini adalah soal doa manusia yang mengalir bersama dengan doa Sang Empunya. Doa yang tak henti dilahirkan hingga terbang ke lamgi sekian kepunyaan Tuhan dan diturunkannya menjadi jawaban lewat segala bentuk kesyukuran. 

Ia yang memiliki laut luas di hatinta, enyahlah segala keraguan, hilahlah segala nestapa dan duka, bersemayamlah segala sengsara. Biarkan Empunya berlari dipeluk doa dan guratan cinta Sang Pemilik semsta, biar ia letih dengan mimpi dan sayembara hingga memenangkannya. 

Itu doaku, kepada Empunya laut di hatinya. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun