Indonesia dikenal dengan keberagaman budaya, ras, agama, dan adat istiadat. Hal ini seringkali menjadi alasan timbulnya perdebatan, khususnya masalah agama. Hingga detik inipun berbagai pendapat dilayangkan—banyak ahli mengutarakan pemahaman bagaimana sebaiknya sikap kita dalam menghadapi keadaan dunia masa kini sebagai umat Islam.Â
Karena seiring berjalannya waktu, pemikiran umat Islam tak bisa stuck begitu saja, dengan artian harus fleksibel dalam menangkap serta menerima keadaan dunia beserta segala perubahannya dengan tetap menjaga syariat Islam. Namun di samping itu, ada juga pihak yang menutup pintu rapat-rapat dari keadaan dunia dan segala pengaruhnya dengan alasan hal tersebut hanya akan menyesatkan umat serta bertentangan dengan ajaran Islam. Tentu masalah semacam ini tak bisa dianggap sepele karena timbulnya dua kubu seperti yang telah dijelaskan tersebut beresiko besar memecah persatuan umat Islam.
Beberapa tahun belakangan, Islam moderat yang merupakan bentuk dari moderasi beragama ini tengah hangat dibicarakan sebagai solusi dari adanya perbedaan pendapat seperti halnya telah dijabarkan sebelumnya. Islam moderat hadir sebagai jalan tengah yang memungkinkan pendapat satu dengan yang lain dapat diketemukan di satu titik yang sama. Yazid (2014) menyatakan bahwa kata moderat sendiri berarti jalan tengah di antara dua kutub yang saling berlawanan, misalnya jalan tengah antara spiritualisme (ruhaniyyah) dan materialisme (maddiyyah)—dimana kedua poin itu seimbang atau tidak condong ke salah satunya. Sedang dalam bahasa Arab sendiri, kata moderat disebut dengan al-wasathiyah, yang mana sesuai dengan Q.S. Al-Baqarah: 143.
Menurut tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab terkait Q.S. Al-Baqarah: 143, Allah swt. menjadikan umat Islam sebagai wasathan (pertengahan) moderat dan teladan, sehingga dalam posisi pertengahan itu, sesuai dengan posisi Ka'bah yang berada di pertengahan pula. Moderat juga dapat diartikan sebagai bentuk keseimbangan yang mana tidak menutup diri namun juga tidak membuka lebar-lebar berbagai pemahaman serta budaya dari dunia luar, kecuali yang memang sesuai dengan syariat Islam.
Dari uraian di atas, kita tahu bahwa pemahaman Islam moderat ini bisa menjadi alternatif penyatu dua pendapat yang berbeda. Namun masalahnya, dewasa ini pemahaman moderat justru memancing perseteruan lain karena adanya anggapan bahwa bentuk moderasi agama tersebut hanya akan mempermudah bangsa barat untuk memperdaya umat Islam. Hal ini didasari oleh bagaimana pemahaman moderat memiliki toleransi yang tinggi terhadap perkembangan dunia, termasuk budaya barat, sehingga tak menutup kemungkinan bangsa barat untuk menyalahgunakan keadaan ini, dalam artian berusaha memecah persatuan umat Islam dari dalam. Dan benar, saat ini pun umat Islam sudah terbagi menjadi Islam dengan paham moderatnya yang sesuai dengan syariat Islam (seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya) dan Islam moderat yang justru mengarah ke paham liberal.
Nah, moderat yang liberal itu seperti apa? Inilah yang ditakutkan akan menyesatkan umat Islam. Islam moderat yang sesuai Al-Qur'an sama sekali tidak seperti itu. Moderat yang sesuai syariat adalah bentuk sikap yang menyesuaikan kedudukan kita sebagai umat Islam di tengah perkembangan zaman dengan tetap memegang teguh ajaran sesuai perintah Allah swt. dan Rasul-Nya. Sedangkan moderat yang liberal (read: pemahaman moderat yang diselewengkan) terjadi karena kesalahan pemahaman arti moderat itu sesungguhnya, sehingga justru menerima mentah-mentah segala budaya barat dan mencampuradukkan dengan agama tanpa tahu ilmunya. Terlebih lagi munculnya pihak yang menganggap tidak adanya perbedaan antara moderat dengan liberal dan langsung men-judge bahwa moderasi beragama adalah hal yang bertentangan dengan Islam.
Melihat Islam moderat yang lebih memicu perbedaan alih-alih menjadi sebuah solusi, kita harus kembali ke Al-Qur'an dan hadits, menelisik lebih jauh lagi terkait bagaimana sebaiknya kita menyikapi pemahaman moderat ini.
Mari kita mulai dengan tujuan moderasi beragama dalam kaitannya dengan Islam moderat. Moderasi beragama ialah mewujudkan toleransi antarumat beragama. Hal ini juga terkait dengan dicetuskannya Islam moderat yang tak lain dan tak bukan dibentuk agar umat Islam dapat memposisikan dan menyesuaikan dirinya di zaman modern seperti sekarang. Umat Islam diharapkan terbuka dan menghargai budaya luar dengan tetap berpegang teguh pada syariat Islam. Pada intinya, Islam moderat disini menekankan pada toleransi.
Dalam Al-Qur'an pun telah banyak dijelaskan mengenai sikap toleransi dalam beragama. Seperti dalam Q.S. Al-Kafirun: 6, Q.S. Al-Baqarah: 256, dan Q.S. Al-Kahfi: 29. Dari ayat-ayat tersebut kita tahu bahwa dalam Al-Qur'an telah dijelaskan secara gamblang mengenai toleransi, tepatnya agama Islam yang menjunjung tinggi nilai toleransi sejak zaman dahulu. Bahkan Nabi Muhammad saw. pun bekerja sama dengan penduduk Madinah non-Islam untuk membentuk Piagam Madinah dengan tujuan menciptakan Kota Madinah yang makmur dan sejahtera pada saat itu. Peristiwa tersebut juga merupakan salah satu bentuk toleransi yang patut diteladani.
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur'an yang menegaskan kepada kita untuk bertoleransi antarumat beragama. Hal ini membuktikan bahwa apa yang termaktub dalam Al-Qur'an selalu bisa menjadi jawaban atas segala permasalahan kehidupan sampai kapan pun itu. Disini jelas bahwa Islam merupakan agama yang benar, agama yang ajarannya akan selalu sama dan tak lekang oleh waktu. Hal ini bila dikaitkan dengan adanya Islam moderat di zaman sekarang akan menimbulkan sedikit pertanyaan. Apakah Islam moderat mencerminkan Islam yang berlaku sepanjang masa?