Mohon tunggu...
Muhammad arifiyanto
Muhammad arifiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Wirausaha yang menyalurkan hobinya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Parfum

18 Agustus 2024   12:41 Diperbarui: 18 Agustus 2024   13:02 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagus sekali wanginya, Pak," kataku dengan senyum, mencoba memecah keheningan yang menyelimuti pak tua itu. "Saya ambil yang ini."

Pak tua itu mengangguk pelan, lalu dengan tangan yang sedikit gemetar, dia memasukkan botol parfum ke dalam kantong plastik kecil. Gerakannya lambat, penuh kehati-hatian, seakan setiap detik adalah hal yang berharga. Saat menyerahkan kantong itu kepadaku, matanya bertemu dengan mataku sejenak, dan dalam pandangannya, aku bisa merasakan rasa terima kasih yang begitu dalam, lebih dalam dari yang bisa diucapkan dengan kata-kata.

Aku mengeluarkan uang dari dompetku dan memberikannya kepada pak tua itu. Dia menerimanya dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu memasukkan uang itu ke dalam kantong kecil yang ada di sebelahnya. "Terima kasih, Pak," ucapnya lirih, namun ada nada tulus yang mengalir dari suaranya, seperti doa yang diucapkan dengan penuh keikhlasan.

Aku mengangguk, lalu kembali ke sepeda motorku. Saat mesin sepeda motorku menyala, aku melihat sekilas pak tua itu masih duduk di sana, kembali memandang kosong ke arah jalanan yang ramai. Namun, kali ini, aku merasa ada sesuatu yang berubah, mungkin sejenak saja, tapi aku berharap momen sederhana ini bisa memberikan sedikit kehangatan di hatinya yang sepi.

Dengan parfum di saku, aku melaju pulang, angin senja masih berhembus lembut, mengiringi perjalanan. Di dalam hati, aku merasa ada yang berbeda, seolah aroma parfum yang kubeli tadi membawa lebih dari sekadar wangi, tapi juga sebuah pelajaran---tentang kebaikan hati, tentang kesederhanaan, dan tentang bagaimana hal-hal kecil dalam hidup bisa memberikan makna yang dalam.

Senja semakin memudar, dan langit mulai gelap, tapi perasaan hangat itu tetap bertahan, menemaniku sepanjang perjalanan.  Doa ku untuk mu pak tua penjual parfum. Semoga kau tetap sehat. Malaikat rezeki selalu membersamaimu. Tetap semangat mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini.

Probolinggo, 15 Agustus  2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun