"Aku hanya orang biasa Arman, aku cacat , aku yatim piatu," ucap Aisyah dengan suara yang lembut namun penuh luka.
"Kita seperti bumi dan langit, tak mungkin bisa bersama. Aku tak punya apa-apa selain diriku yang penuh kekurangan." Matanya tertunduk, seolah-olah semua beban hidupnya tertuang dalam kata-kata itu.
"Aku tidak melihat itu Aisyah, cinta ku tulus padamu, aku terima kamu apa adanya" jawab Arman penuh keyakinan
Aisyah menghela napas panjang mencari kekuatan dan akhirnya memberanikan diri untuk melanjutkan kata-katanya yang tertahan. "Arman, aku menghargai perasaanmu, tapi aku tetap tidak bisa menerimanya".
Kabar hubungan Arman dan Aisyah pun sampai ke telinga keluarga Arman, Mereka menolak keras hubungan kedua insan tersebut. Pertentangan hebat terjadi antara Arman dan keluarganya. Bahkan mereka menjodohkan Arman dengan perempuan lain yang dianggap lebih layak.
"Kenapa kalian tidak bisa menerima pilihanku? Aisyah adalah orang yang baik, dan aku mencintainya," ujar Arman dengan penuh emosi. Matanya memerah, tangannya mengepal kuat. Penolakan keluarganya itu membuat hatinya semakin sakit. Panah cinta itu sudah tertancap dalam hanya untuk Aisyah. Sulit sekali tercabut bahkan jika akan di cabut paksa akan menyebabkan bekas yang tidak akan mudah hilang.
Orang tua Arman bersikeras, "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Arman. Perbedaan latar belakang kalian sangat jauh. Perempuan yang kami pilih lebih cocok dan sesuai dengan harapan keluarga kita".
Aisyah yang merasa dirinya tak mungkin bisa membahagiakan Arman, memutuskan untuk pergi. Dia tidak ingin menjadi sumber perpecahan dalam keluarga Arman.
"Biarkan dia bersama yang lain, aku bersama doa" gumam Aisyah dengan bulir air mata membasahi pipinya.".
Aisyah menghilang dari kehidupan Arman. Dia meninggalkan segala kenangan indah mereka dan kembali ke dunianya yang sunyi dan sendiri. Di tempat yang jauh dari keramaian, Aisyah terus melukis, mencurahkan segala rasa sakit dan kerinduan dalam setiap goresan kuasnya. Warna bahagia dan warna duka berbaur di lembar kanvas kehidupannya. Bercerita tentang alur dunia fana yang penuh dengan lika-liku.
Arman merasa kehilangan yang mendalam. Setiap hari dia mencari Aisyah, berharap bisa menemukan dan membawanya kembali. Namun, Aisyah seakan-akan menghilang. Lenyap tanpa ada jejak. Setiap sudut kota dia jelajahi, setiap galeri dia kunjungi, tetapi Aisyah tetap tak ditemukan. Arman merasa hidupnya tak lagi lengkap tanpa Aisyah di sisinya.