Mohon tunggu...
Muhammad arifiyanto
Muhammad arifiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Wirausaha yang menyalurkan hobinya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Desa Keinginan

7 Agustus 2024   05:45 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kota besar, gedung-gedung pencakar langit yang megah dan jalanan yang sibuk tak mampu menahan laju wabah ini. Orang-orang yang dulu hidup nyaman, kini mulai mencari kekayaan dengan cara-cara yang tidak masuk akal. Beberapa menggunakan ilmu hitam untuk mencuri rejeki orang lain, sementara yang lain membuat perjanjian dengan entitas yang lebih gelap untuk mendapatkan kekuasaan instan.

Pemerintah dan para ilmuwan segera menyadari bahaya wabah ini. Mereka bekerja keras untuk menemukan solusi. Obat-obatan diciptakan, diiklankan sebagai penawar keinginan yang berlebihan. Klinik - klinik terapi alternatif bermunculan, menawarkan sesi meditasi, hipnosis, dan berbagai bentuk terapi untuk menenangkan hasrat yang mengamuk. Namun, meskipun beberapa orang merasa tenang sejenak setelah terapi, keinginan mereka kembali dengan intensitas yang lebih besar.

Seorang mahasiswa yang cerdas dan berbakat, namun terinfeksi oleh wabah keinginan. Mahasiswa ini ingin menjadi kaya raya tanpa perlu bersusah payah. Dia mulai mencari cara-cara aneh, termasuk mempelajari ilmu-ilmu kuno yang gelap. Teman-temannya melihat perubahan drastis padanya, tapi tak ada yang mampu menahannya.

Suatu malam, mahasiswa tersebut melakukan ritual aneh di sebuah hutan di pinggir kota. Dia berharap bisa memanggil roh yang bisa memberinya kekayaan. Namun, yang datang bukanlah kekayaan, melainkan bayangan gelap yang menuntut lebih banyak dari jiwanya. Mahasiswa tersebut mulai kehilangan kendali atas hidupnya, menjadi budak dari keinginan yang tak pernah terpenuhi.

Sementara itu, di ibu kota, seorang wanita ingin sekali memiliki pengaruh besar di dunia politik. Dia mulai menggunakan ilmu pelet untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya, termasuk para pejabat tinggi. Setiap langkah yang diambilnya semakin dalam menjeratnya dalam pusaran keinginan yang tak terpuaskan. Wabah ini, menciptakan lingkaran setan yang semakin sulit dipecahkan.

Melihat situasi yang semakin parah, para pemimpin negeri itu berkumpul untuk mencari solusi yang lebih radikal. Mereka sepakat bahwa sumber dari masalah ini adalah ketidakpuasan dan ketidakmampuan manusia untuk menerima hidup apa adanya. Mereka mulai mengkampanyekan program-program pendidikan dan kesadaran, mendorong masyarakat untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan memupuk rasa syukur.

Namun, wabah ini sudah terlalu merajalela. Sudah terlalu mendarah daging. Wabah yang tidak diketahui asal-usul dan cara penyebarannya, telah merusak ketenangan, menyebar dengan cepat ke seluruh negeri. Penduduk yang dulunya hidup rukun dan damai, sekarang terjebak dalam keinginan yang tidak terkendali. Meskipun program-program tersebut mendapat dukungan, hasilnya tidak segera terlihat. Orang-orang yang sudah terlalu dalam terjerat dalam keinginan mereka, terus mencari cara-cara tidak lazim, bahkan semakin ekstrem. Beberapa mulai mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan mereka, menciptakan kekacauan dan kerusuhan di berbagai tempat.

Di tengah kekacauan ini, seorang gadis muda muncul sebagai harapan baru. Dia adalah seorang pelajar yang memiliki hati murni dan pandangan hidup yang berbeda. Ia mulai mengajak teman-temannya untuk kembali ke nilai-nilai kebersamaan, kerja keras, dan kepedulian terhadap sesama. Dia menyebarkan pesan melalui media sosial, mengajak orang-orang untuk berbagi cerita tentang kebahagiaan sederhana dan menemukan kembali makna hidup yang sebenarnya.

Pesannya mulai menyebar, perlahan tapi pasti. Orang-orang mulai tersadar bahwa keinginan yang berlebihan hanya membawa kehancuran. Mereka mulai berusaha untuk mengendalikan diri, menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, dan saling mendukung satu sama lain.

Perlahan-lahan, wabah keinginan itu mulai mereda. Meskipun tidak sepenuhnya hilang, orang-orang mulai belajar untuk hidup dengan keinginan mereka, mengendalikannya dan tidak membiarkannya menguasai hidup mereka. Desa Keinginan, kota-kota besar, dan seluruh negeri mulai bangkit kembali, menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa ditemukan dalam kekayaan atau kekuasaan instan, tetapi dalam ketenangan jiwa dan rasa syukur.

Probolinggo, 16 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun