Mohon tunggu...
Muhammad arifiyanto
Muhammad arifiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Wirausaha yang menyalurkan hobinya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Buruh Kuli

4 Agustus 2024   17:54 Diperbarui: 4 Agustus 2024   18:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Ketika daftar nama hampir selesai dibacakan, Budi dan Anton mulai merasa cemas. Nama mereka belum juga disebut. Ketika Pak Taufik menyebut nama terakhir, kekecewaan pun menghantam mereka. Tidak ada nama Budi atau Anton di daftar tersebut.

"Ini tidak adil!" teriak seorang pelamar yang juga tidak diterima. "Kita semua sudah bekerja keras, tapi kenapa mereka yang diterima?"

Kerumunan pelamar yang kecewa mulai bergemuruh. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka telah gagal meskipun telah berusaha sebaik mungkin. Beberapa dari mereka mulai mendekati Pak Taufik untuk menanyakan hasil seleksi.

"Tolong jelaskan, Pak! Kenapa kami tidak diterima?" tanya Budi dengan suara bergetar menahan emosi.

Pak Taufik menatap para pelamar dengan tenang, tapi tidak ada ekspresi penyesalan di wajahnya. "Keputusan sudah bulat. Kami memilih yang terbaik berdasarkan penilaian kami."

Namun, para pelamar tidak puas dengan jawaban itu. Suara protes semakin keras, dan suasana semakin memanas. Dalam situasi yang semakin tegang, seorang pelamar yang sudah lama bekerja sebagai kuli proyek mendekati Budi dan Anton.

"Kalian tahu nggak? Ada gosip kalau kuli yang diterima ada hubungan dekat dengan Pak Taufik. Katanya mereka keluarga atau teman dekatnya," bisiknya.

Mendengar itu, kemarahan Budi dan Anton semakin memuncak. "Kalau benar begitu, ini tidak adil! Kita semua berhak mendapatkan kesempatan yang sama!"

Mereka memutuskan untuk berkumpul dan mengadakan protes damai di depan kantor proyek. Mereka berharap dengan begitu, suara mereka akan didengar oleh pihak manajemen yang lebih tinggi. Namun, protes mereka tidak membuahkan hasil. Pihak manajemen tetap pada keputusan mereka, dan tidak ada perubahan dalam daftar penerima kerja.

Hari-hari berikutnya, Budi dan Anton serta pelamar lain yang tidak diterima merasa kecewa dan putus asa. Mereka sudah memberikan yang terbaik, namun kenyataan pahit harus mereka terima. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mencari lowongan pekerjaan lain.

"Budi, kita harus terus berusaha. Jangan menyerah," kata Anton dengan nada yang mencoba tegar, meskipun hatinya masih penuh kekecewaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun