Selain itu, dalam surah Al Furqon ayat 2 :
"Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya"
Ayat diatas menjelaskan tentang langit dan bumi adalah milik Allah SWT, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatunya dan tidak memiliki tandingan. Alam semesta diciptakan dengan
ukuran-ukuran yang tepat dan seimbang, tidak kurang dan tidak lebih. Alam semesta secara alami dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup di dalamnya jika dijaga dan dipelihara dengan baik.
Berdasarkan kedua ayat diatas, menjelaskan bahwa alam semesta telah diciptakan dengan ukuran yang setepat-tepatnya. Dengan kata lain, sumber daya atau kekayaan alam pada hakikatnya sudah cukup memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Namun yang menjadi masalah disini adalah terkait kemampuan dan kesadaran manusia untuk mengelola, mengeksplorasi, menjaga, dan memelihara sumber daya yang tersedia dengan baik.
Kebodohan, keserakahan dan sikap mubadzir (sia-sia) pada diri manusia itu sendiri yang sering menjadi kendala dalam penyediaan kebutuhan-kebutuhan. Sikap negatif manusia ini yang menjadi faktor kerusakan, seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan-kerusakan lingkungan. Contoh kerusakan-kerusakan lingkungan akibat eksploitasi secara berlebihan adalah rusaknya hutan, berkurangnya populasi hewan karena habitatnya dirusak, pencemaran tanah, air, dan udara serta kerusakan lainnya.
Kaitannya dengan sikap mubadzir, kita ambil suatu contoh sederhana yang mungkin tidak disadari ini menciptakan kerugian ekonomi yang cukup besar, terutama dalam bidang pangan. Kebiasaan setiap orang menyisakan makanan ketika makan merupakan tindakan mubadzir yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Apabila dilakukan perhitungan dari jumlah makanan yang terbuang setiap harinya karena perbuatan mubadzir ini, maka bayangkan berapa besar kerugian pangan dunia setiap hari, minggu, bulan, dan tahunnya. Tentu
nilainya tidak sedikit dan nilainya bisa digunakan untuk memakmurkan orang-orang miskin.
Hakikatnya manusia memiliki kecenderungan terhadap harta, dan selalu ada keinginan untuk menambah jumlah hartanya, kecuali ajal telah menjemput. Dengan kata lain, hal ini menunjukan bahwa keinginan manusia tidak terbatas.
Pemenuhan keinginan manusia tidak terbatas berdampak pada kelangkaan berarti di dalam masyarakat hanya terdapat sumber daya yang terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan semua orang, artinya masyarakat merasa
kesulitan untuk mendapatkannya. Kelangkaan adalah sulitnya memperoleh kebutuhan akibat kebutuhan yang selalu beragam dan tidak terbatas sehingga alam tidak mampu lagi menyediakan semua kebutuhan manusia yang bervariasi.