Mohon tunggu...
Ilmel  Wialmal
Ilmel Wialmal Mohon Tunggu... Lainnya - pribadi

ada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Takdir Memihak

10 Februari 2021   22:14 Diperbarui: 15 Februari 2021   05:43 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

1. Hangatnya kekeluargaan
Matahari di upuk timur sudah mulai tenggelam, artinya hari sudah larut dan sore akan berganti malam. Angin kencang terasa sejuk sebagaimana keadaan perkampungan yang seharusnya. Anak-anak kampung mulai berpamitan untuk pulang setelah bermain seharian.
"Tia, apakah pekerjaan menjahit mu sudah selsai?"

Suara ibu mengagetkan ku ketika aku sedang melamun di halaman depan melihat suasana sore hari.
"Sudah bu, aku sudah menyelsaikannya dari siang hari".

"Kalau begitu sekarang kita sholat magrib bersama lalu kamu bantu ibu menyiapkan makanan untuk kita makan malam".

Aku hanya mengangguk dan beranjak untuk sholat maghrib.

Namaku Tiara diananta. Aku tinggal dengan ibu dan kedua adikku. Sekarang aku berumur 18 tahun adikku yang pertama bernama Abinaya Sulaiman berumur 15 tahun dan adikku yang paling kecil berumur 7 tahun bernama Tasya Kamila. Ayah kami meninggalkan kami ketika Tasya masih berusia 3 tahun. Entah kemana dia pergi yang jelas dia tidak pernah menafkahi kami semenjak dia meninggalkan kami. Semenjak ayah pergi, ibu sakit dan tidak kuat lagi untuk bekerja. 

Akhirnya ibu memutuskan untuk bekerja menjadi seorang penjahit. Supaya ibu bisa melakukan pekerjaanya di rumah dan aku beserta kedua adikku bisa membantu pekerjaannya. Aku hanya tamatan SD saja karna ketika itu ibu tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkanku. Tetapi Abi tidak aku izinkan untuk berhenti sekolah, biar aku dan ibu yang mencari biaya untuk sekolah Abi agar dia bisa tetap sekolah dan menjadi orang sukses. Sedangkan Tasya, dia juga sebelumnya memang tidak ingin sekolah karna ingin membantu aku dan ibu. Tetapi aku menyuruhnya sekolah dan sekarang dia sudah menginjak dibangu kelas 2 sd.

"Bu, biarkan Tasya membantu ibu dan ka Tia menjahit ya. Tasya tidak usah sekolah saja biarkan mas Abi yang sekolah."

"Dengarkan kata kakakmu ya Tasya, ka Tia ingin kamu dan mas Abi menjadi orang yang sukses dan merubah perekonomian keluarga kita". 

Jawab ibu sambil tersenyum dan mengelus halus rambut Tasya.

Aku memang menginginkan kedua adikku untuk sukses karna aku sendiri yakin tidak akan bisa merubah perekonomian keluarga ini dan aku berharap banyak kepada kedua adikku. Biarkan aku yang mencari biaya sekolah keduanya, asalkan mereka bersunggung-sungguh untuk belajar.
     
Setelah selsai sholat berjamaah ber empat, aku dan ibu kedapur untuk menyiapkan makan malam. Tiba-tiba Abi masuk kedapur mendatangi aku dan ibu.
"ka Tia, aku lusa harus membayar uang spp karna sudah 2 bulan nunggak."
"Iya Abi, ka Tia janji, kaka bakal mengerjakan pekerjaan kaka lebih cepat agar bayaranya juga lebih cepat dan Abi bisa membayar spp ke sekolah".
"Makasih ya ka Tia, besok Aku bantu untuk mengantarkan hasil jahitanya ke pelanggan ya ka."
Terlihat sekali diraut wajah Abi, dia semangat untuk membantu ku dan itu membuat aku menjadi semangat untuk mengerjakan pekerjaan ku lebih cepat, demi Abi kata ku.
"Ya sudah, sekarang bantu ibu dan kaka menyiapkan makan malam ini."
"Siap ka." Sahut Abi penuh semangat
Akhirnya kita makan malam bersama seperti biasa dengan 4 anggota keluarga. Makanan kami sederhana saja, hanya tempe, sambel, dan ikan asin. Tetapi tidak ada yang pernah mengeluh dengan keadaan ini semuanya makan dengan lahap. Setelah selsai makan aku kembali mengerjakan pekerjaan menjahitku. Tasya dan Abi membantu mencuci piring setelah kami selsai makan.

2. Baju pesanan bu Ani
Pagi sudah tiba saatnya semua orang melakukan aktifitasnya masing-masing. Seperti biasa, setelah sholat shubuh aku melakukan pekerjaanku kembali. Padahal semalam aku tidur larut malam sekali demi menyelsaikan pekerjaan menjahitku ini agar bisa diantarkan ke pelanggan dan segera mendapatkan uang untuk membayar uang spp nya Abi.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi di hari minggu ini. Pekerjaan ku sudah selsai dan siap untuk diantar ke pemesan baju ini.
"Bu, aku mengantarkan dulu pesanan Bu Ani ya, ini hasil jahitanku sudah selsai."
"Ya sudah Tia, hati-hati dijalan ya"
Aku berpamitan kepada ibu yang sedang menjemur pakaian di belakang rumah. Sedangkan Abi dan dan Tasya sedang membantu ibu membereskan rumah. Abi yang mengepel lantai dan Tasya yang membersihkan kaca. Mendengar aku yang berpamitan ke ibu untuk mengantarkan pakaian, Abi buru-buru menghampiriku.
"Ka Tia, biarkan aku dan Tasya yang mengantarkan pakaian itu ya ke rumah bu Ani."
"Tidak usah bi, kaka bisa sendiri ko."
"Tolonglaaah kaaa, biarkan kita yang mengantarkannya yaa, plisss."
"Tasyaa ikutt yaa kaa."
"Memangnya pekerjaan kalian sudah selsai?"
"Sudah ko ka". Mereka menjawab serentak
"Ya sudah kalau begitu, Tasya dan Abi boleh pergi mengantarkan baju ini ke bu Ani, tapi hati-hati ya."
"Siap ka."
Mereka pergi berdua untuk mengantarkan baju milik Bu Ani yang beberapa hari lalu meminta ku membuatkan baju untuk dia pergi ke undangan katanya. Meskipun kami seorang penjahit sederhana, tetapi ibu sudah dikenal banyak orang karna hasil jahitan ibu yang rapih. Kebanyakan orang yang menjahit pakaian di tempat kami, selalu puas dengan hasil jahitanya. Padahal ibu tidak pernah sekolah menjahit atau apapun, tapi ibu dulunya selalu melihat nenekku menjahit juga. Jadi bisa dibilang bakat menjahit ini turun-temurun.
  Selagi menunggu Abi dan Tasya mengantarkan pakaian bu Ani, aku suka membuat barang-barang unik dari kain sisa pakaian dan menjualnya. Seperti gantungan kunci, baju berbie dan masih banyak lagi.
Matahari sudah mulai memancar lebih panas lagi, itu artinya sudah menuju siang. Abi dan Tasya akhirnya pulang.
"Ka Tia, ini uang dari bu Anii hasil bajunya, katanya jahitan kaka bagus rapih seperti jahitan ibu."
"Alhamdulillah kalau begitu"
Hasil jahitku dibayar 300 ribu oleh bu Ani. Aku menyodorkan uang 200 ribu kepada Abi untuk membayar spp.
"Abi, ini kau bayarkan spp besok disekolah untuk 2 bulan ya."
Abi terlihat ragu untuk mengambil uang dariku.
"Ini ambil Abi"
"Maaf ya ka, kaka harus tidur larut malam semalam demi membayar uang spp aku". Abi merenung
"Ini sudah menjadi tugas kaka sebagai tulang punggung keluarga ini Abi, ayo terima dan bayarkan spp nya besok."
"Makasih banyak ya ka."
Senyum Abi sangat lebar, ia terlihat senang karna bisa membayar spp nya.
Menjadi tulang punggung keluarga memang tidaklah mudah, aku sering tidur larut malam demi menyelsaikan pekerjaan ku dan tidak mengecewakan pelangganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun