4. Menghindari Efek Domino: Langkah-langkah preventif diambil untuk mencegah krisis yang lebih besar.
Tahun 2020 menjadi saksi bagaimana Kalimantan Tengah berjuang melawan dampak pandemi COVID-19. Seperti kapal yang terjebak badai, ekonomi daerah ini menghadapi tantangan besar.
Bank Indonesia, sebagai nakhoda kebijakan moneter, mengambil langkah pengetatan suku bunga dan likuiditas. Akibatnya, bank-bank lokal menjadi lebih selektif dalam menyalurkan kredit. Sementara itu, dari sisi makroprudensial, bank-bank di Kalimantan Tengah harus memperketat sabuk pengaman mereka, terutama dalam memberikan kredit kepada sektor rentan seperti UKM.
Hasilnya? Bank-bank menjadi lebih berhati-hati, layaknya pelaut yang mengurangi kecepatan kapal saat melewati perairan berbahaya.
Jadi, mengapa bank cenderung menurunkan kredit saat ekonomi sedang terpuruk? Jawabannya terletak pada upaya menjaga keseimbangan. Seperti kapal yang harus melambat untuk menghindari ombak besar, bank mengurangi penyaluran kredit untuk menjaga stabilitas keuangan jangka panjang.
Meskipun langkah ini mungkin terasa menyakitkan dalam jangka pendek, tujuannya adalah untuk mencegah "kapal" ekonomi dari tenggelam sepenuhnya.Â
Tantangan bagi para pembuat kebijakan dan lembaga keuangan adalah menemukan titik keseimbangan yang tepat: cukup berhati-hati untuk menghindari krisis, namun tetap memberikan dorongan yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi.
Pada akhirnya, seperti halnya badai yang akan berlalu, krisis ekonomi pun akan berakhir. Dan ketika langit kembali cerah, bank-bank yang telah menjaga kestabilannya akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk kembali membuka "keran" kredit, mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H