Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pangan Murah di Negeri Gemah Ripah, Mungkinkah?

11 Desember 2023   05:04 Diperbarui: 11 Desember 2023   06:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan "gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja" agaknya tidaklah muluk-muluk bagi pemiliknya.  Sebuah ungkapan kalimat berbahasa Jawa untuk menggambarkan keadaan bumi pertiwi Indonesia.

 Gemah ripah loh jinawi mengungkap kondisi kekayaan alam yang melimpah. Sementara tata tentrem kerta raharja menggambarkan
keadaan yang tenteram. Sebuah kondisi ideal dari   negeri yang makmur.   Kondisi ekonomi yang sangat baik, merata adil dan sejahtera karena ditujang oleh kesuburan tanahnya.  

Predikat gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja" ini menjadi harapan bagai negeri ini. Tetapi, mungkinkah Indonesia mencapai kondisi ideal tersebut?

Ironi

Secara realitas, negeri ini  dianugerahi oleh Allah  dengan berlimpahnya kekayaan alam, termasuk⁷ pangan. Tanahnya yang subur dan lautnya yang luas mengandung aneka  jenis pangan. Namun, terjadi ironi yang bikin pilu. Negeri yang kaya dengan sumber daya alam ini, rakyatnya kelaparan. akibat harga pangan yang erus merangkak  

Selama tujuh tahun terakhir, harga beras hampir konsisten naik sebanyak 30%. Harga minyak goreng naik 55%, gula pasir 11%, daging 29%, dan cabai 113%. Padahal lebih dari separoh pengeluaran rumah tangga untuk membeli bahan pangan. Dipastikan, keuangan  keluarga akan berat karena pengeluaran yang terus naik, sementara penghasilan tetap bahkan ada yang  cenderung turun. 

Upah minimum provinsi (UMP)  memang naik, namun kenaikan tak sepadan dengan naiknya harga kebutuhan pokok. Diketahui, kenaikan UMP 2023 tidak lebih dari 10%, bahkan  di Jabar dan DKI yang notabene  provinsi terpadathanya naik sekitar 3%.

Mengapa Harga Pangan Naik?

Banyak faktor yang menjadi  penyebab naiknya harga pangan. Tak hanya yang bersifat teknis, namun juga karena faktor politik. Pertama,  faktor iklim yang tak bersahabat. Kemarau berkepanjanagan dan iklim yang ekstrim membuat produktivitas pangan terganggu yang berakibat pada menurunnya stok pangan. Seharusnya masalah ini tak menjadi soal bila distribusi baik. Karena bila di suatu daerah  mengalami penurunan pangan masih bisa disuplay  dari daerah lain.

Kedua, menurunnya area pertanian. Penyebab berkurangnya lahan pangan lebih karena kebijakan pembangunan infrastruktur yang minus memperhatikan aspek lingkungan. Alhasil, banyak sawah dan perkebunan rakyat yang tergusur hanya untuk membangun infrastruktur. Sayangnya, kebermanfaatan pembangunan di bidang ini tidak sebanding dengan dampak kerusakan. Pertanyaanya, pembangunan demi rakyat apa demi investor?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun