Perpres yang paling gress hari ini adalah Perpres no 58/2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Perpres yang dikeluarkan pada 25 September 2023 sebagai penguatan moderasi beragama. Pasalnya, Â moderasi beragama sebagai program yang dicanangkan Kabinet Jokowi ini dikhawatirkan bakal terhenti seiring dengan berakhirnya masa kekuasaan di tahun 2024 mendatang.(Republika, 03/10/23).
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Prof. Ahmad Zainul Hamdi menyeru semua pihak untuk menjadikan moderasi beragama bukan terhenti sebatas program. Ia meminta, Â untuk menjadikan moderasi beragama sebagai panggilan jiwa dan religious calling.
Berawal dari hasil survei yang dilakukan oleh lembaga Pew Research Center di kawasan Asia Tenggara dengan temuan 64 persen masyarakat muslim di Indonesia menyatakan kesetujuannya pada syariat Islam sebagai hukum negara. Â (Detik, 13-9-2023). Â
Hasil survei ini cukup membuat gelisah para pejuang moderasi, karena bertentangan dengan tolok ukur keberhasilan program  ini,  yakni tingginya penerimaan umat beragama dan penghayat kepercayaan terhadap nilai luhur bangsa Indonesia yakni Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Â
Tingginya angka persetujuan pada penerapan syariat islam ini juga dianggap  sebagai ancaman bagi toleransi umat beragama,  mengingat  penerapan syariat Islam diasumsikan identik dengan pengabaian  kelompok agama  selain islam. Alhasil  Perpres 58/2023 akan menjadi legalitas bagi kontinuitas pengarusan ide moderasi beragama.
Jalan Panjang Moderasi Beragama
Moderasi beragama berakar dari  gerakan islamofobia di negara Barat. Pada tahun 2004, Daniel Pipes, pendiri Middle East Forum yang juga dikenal sebagai dalang gerakan islamofobia menulis sebuah artikel berjudul "Rand Corporation and Fixing Islam".Â
Dalam tulisannya tersebut, Pipes mengaku senang. Harapannya untuk memodifikasi Islam telah berhasil diterjemahkan oleh peneliti Rand Corporation, Cheryl Benard. Â Benard, menyebut misi ini dengan istilah religious building, sebuah upaya untuk membangun agama Islam alternatif.
Sebelumnya, Â Benard yang berdarah Yahudi ini pernah mencetuskan ide untuk mengubah Islam menjadi agama yang pasif dan tunduk kepada pemerintah AS. Ia memaparkan konsepnya itu dalam buku berjudul _"Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies."_
Musuh Islam menyadari bahwa ajaran islam yang murni akan menjadi penghambat bagi nonmuslim untuk mengendalikan umat Islam. Menghambat perampasan sumber daya, tanah atau kekayaan mereka. Karenanya mereka ingin mengubah Islam dengan memasukkan konsep-konsep Barat seperti demokrasi, HAM, gender, dan sebagainya. Bila upaya ini berhasil, dengan mudah mereka menguasai pemikiran umat islam dan mengendalikannya.
Sejatinya Amerika yang membenci Islam ini ragu, apakah kaum muslimin di seluruh dunia bisa menerima "Islam ala Rand" ini. Karena itu, Rand Corp menyatakan bahwa dalam program ini tangan Amerika harus tersamarkan. Strategi AS untuk mewujudkan rancangan tersebut terangkum dalam buku "Building Moderate Muslim Network".